Sunday, June 29, 2014

 
Tugas mengenai pendidikan ilmu IPS ditinjau dari issu yang sedang beredar saat ini,,,
Nama : Liana Oktaria
NIM : 063151111004
MatKul : IPS Untuk Anak Usia Dini
 (Selasa, 18 Maret 2014)

GADGET SEBAGAI PEMICU UTAMA KERUSAKAN MATA PADA ANAK

1. Sejarah
Kecangihan tekhnologi pada era saat ini, rupanya berdampak negatif pada anak. Selain menimbulkan kecanduan, penggunaan gadget secara berlebihan juga dapat menyebabkan kerusakan pada mata anak. Kelainan mata yang terjadi pada anak, biasanya disebabkan kelainan media refleksi. Artinya, kelainan yang mengganggu kemampuan saraf mata untuk menangkap suatu objek. Kecenderungan dan banyaknya aktifitas anak bermain game online, baik melalui video games ataupun gadget bisa membuat kelainan refraksi (pembiasaan) pada mata anak. Seringnya bermain gadget terlalu dekat, membuat mata anak lelah karena kurangnya pencegahan dari orang tua namun ada pula yang disebabkan faktor genetik bawaan dari orang tua.
Akibat perkembangan jaman inilah, sinar yang harusnya jatuh pada retina menjadi jatuh kebelakang retina dan mengalami kerusakan yang menimbulkan minusnya mata pada anak. Genetik pun dapat menjadi salah satunya yang mengakibatkan anak mengalami refraksi mata.Anak yang mengalami kelainan refraksi, mereka akan merasa penglihatannya buram saat berusaha memfokuskan benda sehingga mengalami pusing dan mata merah. Paparan sinar pada anak terhadap gedget elektronik dapat merusak penghliatan secara serius. Jarak mata dan gadget yang terlalu dekat juga dapat menyebabkan perkembangan miopi (rabun dekat, dimana jarak penglihatan tidak jelas) pada anak yang sebelumnya emmetropic (tidak ada kesalahan biasa) dan juga memperparah miopi mereka jika sebelumnya sudah terkena. Rentang ini telah terbukti di mana saja antara 0,5-1 dioptri selama periode 1 sampai 3 tahun, yang merupakan perkembangan yang signifikan. Sebagian besar pertumbuhan mata terjadi pada usia tujuh tahun dan refraksi mata stabil sepenuhnya oleh 18-20 tahun. Oleh karena itu pada orang dewasa pertumbuhan telah terjadi dan oleh karena itu masalah seperti perkembangan kesalahan bias tidak terjadi seperti anak-anak. Namun, berbeda dengan anak-anak yang akan mendapatkan gejala lain seperti sakit kepala, sakit mata dan kekeringan mata.

2. Ekonomi,,
Apalagi pada tahun 2014 ini kemajuan tekhnologi semakin memuncak dengan hadirnya gedget dengan berbagai bentuk fitur dan berbagai harga yang dapat dimiliki oleh masyarakat pada kalangan apapunbahkan tingkat usia berapapun lebih memudahkan anak dalam menyeimbangkan kemampuan IPTEK nya dengan orang tua bahkan orang dewasa lainnya. Gedget yang terkenal murah dan dapat dimiliki siapapun itu bahkan sudah menjadi trend dikalangan anak pada saat ini dan anak dibawah umur sudah tidak asing lagi menyentuh dan memainkannya bahkan hafal dengan berbagai bentuk gedget tersebut serta lebih handal mengoprasikannya karna pembawaan kebiasaan yang difasilitasi orangtuanya..

3. Geografi,,
Pada saat ini banyak para orang tua disekitar kita yang terlalu berlebihan dalam memfasilitasi anak dengan gedget, dengan alasan kesibukan orang tua untuk memantau pergaulan anak diluar rumah saat bermain dengan teman sebayanya, lingkungan rumahnya kurang kondusif dan sikap orang tua yang terlalu memanjakan dan selalu menuruti keinginan. Dan tidak sedikit anak-anak di sekitar kita terutama disukabumi ini sendiri banyak anak pada usia dini bahkan SD yang sudah menggunakan kaca mata dengan alasan minus.

4. Politik,,
Untuk perkembangan tekhnologi yang sedang merajalela melalui berbagai bentuk gedget adalah suatu kemajuan yang luar biasa sebagai bentuk kemajuan negara dalam menyeimbangkan IPTEK dengan dunia namun perlunya kesadaran lebih orang tua untuk membatasi penggunaan gadget pada anak sangatlah penting karena mata merupakan jendela dunia dimana menjadi bagian terpenting dalam hidup terutama bagi generasi penerus bangsa. Tanpa harus mengurangi fungsi dan tujuan gedget sndiri orang tua harus lebih pandai memfasilitasi anak dengan bimbingan dan perhatian lebih terhadap gedget mengingat aplikasi yang lebih digunakan untuk anak sndri itu adalah game, orang tua harus mampu memilah permainan-permainan yang bertujuan edukasi yang disesuaikan untuk anak dan tingkat perkebangannya sebagai seseorang yang dengan mudah meniru lingkungannya.

5. Antropologi
Selain kerusakan penglihatan akibat gedget itu sendiri kebiasaan anak dengan gedget akan berpengaruh besar tehadap perkembangan sosialisasinya terutama terhadap lingkungannya bahkan terhadap teman sebayanya, sikap yang terbentuk dan pembiasaan yang dibiasakan akan menjadi sebuah kerugian besar bagi para orang tua terutama dalam hal waktu berkumpul bersama karena saat ini lebih banyak kecenderungan anak yang lebih memilih bersama gadgatnya ketimbang berkumpul dengan keluarganya karna faktor pembiasaan diri yang merasakan asing saat dia bersama orang lain disekitarnya walapun itu orang tuanya sendiri.
 
POLA PENDIDIKAN DALAM KELUARGA MELALUI TELEVISI UNTUK ANAK USIA DINI

Dianjurkan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah IPS Untuk Anak Usia Dini
Semester Genap
Tahun 2013 - 2014







Oleh :
Nama : Liana Oktaria
NIM : 063151111004




PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Salawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini memuat tentang pola pendidikan dalam keluarga melalui televisi, yang dimana pada saat ini televisi banyak sekali b erperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ada banyak sekali orang tua yang memeberikan media televisi sebagai pengganti mainan anak di luar rumah tanpa memepertimbangkan dampak-dampak negatifnya untuk anak.
Maka dari itu penulis membuat makalah yang berjudul “POLA PENDIDIKAN DALAM KELUARGA MELALUI MEDIA TELEVISI UNTUK ANAK USIA DINI” sebagai salah satu tugas mata kuliah IPS Untuk Anak Usia Dini pada semester genap ini. Penulis menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai penyempurnaan makalah ini, sehingga dikemudian hari makalah ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Seiring dengan itu, penulis mengucapkan Terima Kasih kepada yang terhormat Dosen Pengampu yang telah memberikan materi dalam mata kuliah ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kesehatan serta rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.


Sukabumi,   Juni 2014


    Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1  Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.1 Tujuan Penulisan..........................................................................................................3
1.2 Prosedur Pemecahan masalah.......................................................................................3
1.3 Sistematika Penulisan...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................4
A. Pengertian Televisi.......................................................................................................4
B. Pengertian orang tua.....................................................................................................7
C. Peranan Orang Tua.......................................................................................................8
D. Dampak Televisi Terhadap Anak.................................................................................8
E. Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi....................13

BAB III KESIMPULAN....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Abad ke-21, saat di mana kita hidup sekarang, merupakan masa di mana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengalami perkembangan yang sangat pesat Televisi merupakan media massa elektronik yang mampu menyebarkan berita secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya, dan membuat pemirsannya ‘ketagihan’ untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. bahkan bagi anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas kesehariannya, bahkan acara “nonton tv” sudah menjadi agenda wajib bagi mereka.

Dengan berbagai acara yang ditayangkan mulai dari infotainment, entertainment, iklan, sampai pada sinetron-sinetron dan film-film yang berbau kekerasan, televisi telah mampu membius para pemirsanya (anak-anak, remaja dan orang tua) untuk terus menyaksikan acara demi acara yang dikemas sedemikian rupa, dan di bubuhi dengan assesories-assesories yang menarik, sehingga membuat pemirsanya terkagum-kagum dengan acara yang disajikan. Tidak jarang sekarang ini banyak anak-anak lebih suka berlama-lama didepan televisi dari pada belajar, bahkan hampir-hampir lupa akan waktu makannya. Ini merupakan suatu problematika yang terjadi dilingkungan kita sekarang ini, dan perlu perhatian khusus bagi setiap orang tua untuk selalu mengawasi aktivitas anaknya.

Tidak dipungkiri, dengan adanya media massa televisi ini, banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil. Dimana kita akan dengan cepat memperoleh informasi-informasi terbaru yang terjadi dimana pun dan belahan dunia manapun. Dengan adanya televisi akan mempermudah suatu perusahaan atau badan usaha untuk mempromosikan produk-produknya, sehingga konsumen mengetahui dan dapat dengan mudah mencari produk tersebut, serta masih banyak lagi keuntungan-keuntungan yang dapat kita peroleh dengan adanya media televisi.

Jika kita kaji lebih jauh sebenarnya media massa televisi mempunyai fungsi utama yang selalu harus diperhatikan yaitu fungsi informatif, edukatif, rekreatif dan sebagai sarana mensosialisasikan nilai-nilai atau pemahaman-pemahaman baik yang lama maupun yang baru. Namun jika kita lihat kenyataannya sekarang ini, acara-acara televisi lebih kepada fungsi informatif dan rekreatif saja, sedangkan fungsi edukatif yang merupakan fungsi yang sangat penting untuk disampaikan, sangat sedikit sekali. Hal ini bisa kita lihat dari susunan acara-acara televisi, kebanyakan hanya acara-acara sinetron dan infotainment saja. Sedangkan acara-acara yang mengarah kepada edukatif atau pendidikan sangat kecil sekali frekuensinya.

Dwyer menyimpulkan, sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran masuknya pesan – pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. TV mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar dilayar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di TV setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian. Dengan demikian terutama bagi anak-anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tesebut akan mengikuti acara televisi yang ia tonton. Apabila yang ia tonton merupakan acara yang lebih kepada eduatif, maka akan bisa memberikan dampak positif tetapi jika yang ia tonton lebih kepada hal yang tidak memiliki arti bahkan yang mengandung unsur-unsur negatif atau penyimpangan bahkan sampai kepada kekerasan, maka hal ini akan memberikan dampak yang negatif pula terhadap prilaku anak yang menonton acara televisi tersebut. Oleh sebab itu, sudah seharusnya setiap orang tua mengawasi acara televisi yang menjadi tontonan anaknya dan sehingga dapat melakukan proteksi tehadap dampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh acara televisi tesebut.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis membatasi pokok bahasan dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Pengertian Televisi
2. Pengertian orang tua
3. Peranan Orang Tua
4. Dampak Televisi Terhadap Anak
5. Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah menjawab dan memecahkan masalah :
1. Untuk mendeskripsikan Pengertian Televisi
2. Untuk mendeskripsikan Pengertian orang tua
3. Untuk mendeskripsikan Peranan Orang Tua
4. Untuk mendeskripsikan Dampak Televisi Terhadap Anak
5. Untuk mendeskripsikan Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi

1.4 Prosedur Pemecahan Masalah
Pada prosedur pemecahan masalah digunakan tekhnik pengumpulan data study kepustakaan dan analisis observasi yang merupakan pengkajian literatur yang digunakan untuk memecahkan permasalahan. Maka dalam tekhnik pengumpulan data ini dibutuhkan penguasaan teori, prinsip, konsep dan hukum-hukum yang berhubungan dengan kajian diatas.

1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini dibuat dengan sistematika sebagai berikut :
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Bab I Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan Penulisan
4. Prosedur Pemecahan Masalah
5. Sistematika Penulisan
4. Bab II Pembahasan
5. Bab III Kesimpulan
6. Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Televisi
Televisi adalah alat penangkap siaran bergambar, yang berupa audio visual dan penyiaran videonya secara broadcasting. Istilah ini berasal dari bahasa yunani yaitu tele (jauh) dan vision (melihat), jadi secara harfiah berarti “melihat jauh”, karena pemirsa berada jauh dari studio tv. (Ilham Z, 2010:255)
Sedangkan menurut Adi Badjuri (2010:39) Televisi adalah media pandang sekaligus media pendengar (audio-visual), yang dimana orang tidak hanya memandang gambar yang ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mendengar atau mencerna narasi dari gambar tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa televisi merupakan salah satu media massa elektronik yang dapat menyiarkan siarannya dalam bentuk gambar atau video serta suara yang berfungsi memberikan informasi dan hiburan kepada khalayak luas.

1. Karakteristik Televisi
Didalam buku Elvinaro (2007:137-139) terdapat tiga macam karakteristik televisi, yaitu:
 Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran lainnya, yakni dapat didengar sekaligus dilihat. Jadi apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Maka dari itu televisi disebut sebagai media massa elektronik audiovisual. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.
 Berpikir dalam gambar
Ada dua tahap yang dilakukan proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua, penggambaran (picturization) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.
 Pengoprasian lebih kompleks
Dibaningkan dengan radio siaran, pengoprasian televisi siaran jauh lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoprasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.

2. Kekuatan dan kelemahan televisi
Menurut skomis (1985) kekuatan televisi salah satunya adalah memberikan gambaran bila dibandingkan dengan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya), televisi tampaknya memberikan sifat yang istimewa. Ia merupakan gabungan dari media dengan dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan bahkan gabungan antara ketiga unsur tersebut.
• Ada 4 kekuatan televisi, yaitu: (Syahputra, 2006:70)
1) Menguasai jarak dan waktu, karena teknologi televisi menggunakan elektromagnetik, kabel-kabel dan fiber yang dipancarkan transmisi melalui satelit.
2) Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar, nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan cukup cepat.
3) Daya rangsang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif).
4) Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis.

• Sedangkan kelemahan televisi, yaitu: (Syahputra, 2006:70)
1) media televisi terikat waktu tontonan.
2) Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan vulgar.
3) Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa. Bersifat “transitory”, karena sifat ini membuat isi pesannya tidak dapat dimemori oleh pemirsanya. Lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk kliping.

3. Program Acara Televisi
Secara teknis program televisi diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya (Soenarto, 2007:1).
Sedangkan menurut Naratama dalam buku “Sutradara Televisi: Dengan Angle Dan Multi Camera” (2004:63), mengatakan bahwa program televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut.
Maka dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa program televisi sangat berpengaruh pada keberhasilan sebuah acara televisi yang akan diproduksi. Program acara televisi juga menentukan siapa target yang akan menonton acara televisi tersebut dan bagaimana cara menyajikannya agar dapat diterima dan dinikmati oleh penonton yang menjadi target acara tersebut.

4. Jenis Program Televisi
Menurut morissan (2008:207) program televisi dibagi menjadi dua, yaitu:
• Program Informasi
Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya menambah pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Dalam hal ini program informasi terbagi menjadi dua bagian yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).
- Berita keras (Hard news)
Sebuah berita yang sajiannya berisi tentang segala informasi penting dan menarik yang harus disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui khalayak.
- Berita lunak (Soft news)
Sebuah program berita yang menyajikan informasi penting dan menarik ysng disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita yang masuk kategori ini ditayangkan pada satu program tersendiri di luar program berita.

• Program Hiburan
Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang dibertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk music, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori ini adalah drama, music, dan permainan (game).
- Infotainment
Kata “infotainment” merupakan singkatan dari information dan entertainment yang berarti suatu kombinasi sajian siaran informasi dan hiburan atau sajian informasi yang bersifat menghibur (Morissan, 2005:284).
Infotainment merupakan berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity), dan karena sebagian besar dari mereka bekerja pada industri hiburan seperti pemain film/sinetron, penyanyi, dan sebagainya, maka berita mengenai mereka disebut juga dengan infotainment (Morissan, 2008:27).
Didalam buku Iswandi Syahputra yang berjudul Jurnalistik Infotainment (2006:153) menerangkan bahwa infotainment menjadi semacam lembaga yang siap menampung siapa saja yang ingin menyodorkan tontonan publik.
Infotainment berhak meggunakan kata-kata publik karena infotainment sudah menjalankan misinya sebagai media massa yang berpihak dan mengabdi untuk kepentingan publik (Syahputra, 2006:122).
Namun tanpa sadar, infotainment telah mengembangkan “sebuah jurnalisme yang membenarkan mengatasnamakan publik, tetapi publik tak memainkan peran apapun selain sebagai audiens”. (Syahputra, 2006:154)

B. Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Dengan demikian pengertian keluarga sendiri adalah:
1. Vembriarto (1993: 33) mengatakan bahwa keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi.
2. Pujo Suwarno (1994: 11), keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis, seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tidak sendirian atau dengan anak-anak baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
3. Tirtaraharja (1995: 50) keluarga diartikan sebagai kelompok primer yang terdiri atas sejumlah orang, karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (nuclear family) yang terdiri ayah, ibu dan anak-anak.
Dari beberapa pedapat di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu persekutuan hidup yang diikat oleh perkawinan, hubungan darah atau adopsi. Didalamnya terdapat ayah, ibu dan beberapa anak (keluarga inti) serta kakek-nenek atau yang lain (keluarga diperbesar).

C. Peranan Orang Tua
Menurut Gunarsa ( 1995 : 31 – 38) dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu, secara umum peran kedua individu tersebut adalah :
 Peran ibu adalah :
a) memenuhi kebutuhan biologis dan fisik
b) merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten
c) mendidik, mengatur dan mengendalikan anak
d) menjadi contoh dan teladan bagi anak
 Peran ayah adalah :
a) ayah sebagai pencari nafkah
b) ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa aman
c) ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak
d) ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga.
Dari penjabaran mengenai peranan orang tua diatas, dapat disimpulkan betapa besarnya peranan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anaknya, mendidik, mengendalikan anaknya serta menjadi teladan bagi anaknya. Orang tua memiliki tanggung jawab penuh terhadap perkembangan anaknya dan segala aktivitas anaknya serta harus bisa membimbing, mengawasi dan mengarahkan untuk melakukan kebaikan sesuai dengan kepercayaan (agama) yang dianutnya dan norma yang berlaku dimasyarakat.

D. Dampak Televisi Terhadap Anak
Televisi merupakan media massa elektronik yang sangat digemari hampir disegala jenjang usia, baik oleh anak-anak remaja maupun orang dewasa sekalipun. Menonton acara televisi sebenarnya sangat baik bagi anak-anak, remaja dan orang dewasa, dengan catatan apabila menonton televisi tersebut tidak berlebihan, acara yang ditonton sesuai dengan usia, dan bagi anak-anak adanya kontrol/pengawasan dari orang tua. Namun kenyataan yang terjadi, banyak dari anak-anak menonton acara yang seharusnya belum pantas untuk ia saksikan serta kebiasaan menonton televisi telah menjadi kebiasaan yang berlebihan tampa diikuti dengan sikap yang kreatif, bahkan bisa menyebabkan anak bersikap pasif.
Bagi anak-anak, kebiasaan menonton televisi bisa mengakibatkan menurunnya minat baca anak-anak terhadap buku, serta masih banyak lagi dampak negatif lainnya jika dibandingkan dampak positifnya yang hanya sedikit sekali. Anak-anak cenderung lebih senang berlama-lama didepan televisi dibandingan harus belajar, atau membaca buku.
Jika kita melihat acara-acara yang disajika oleh stasiun televisi, banyak acara yang disajikan tidak mendidik malahan bisa dakatakan berbahaya bagi anak-anak untuk di tonton. Kebanyakan dari acara televisi memutar acara yang berbau kekerasan, adegan pacaran yang mestinya belum pantas untuk mereka tonton, tidak hormat terhadap orang tua, gaya hidup yang hura-hura (mementingkan duniawi saja) dan masih banyak lagi deretan dampak negatif yang akan menggrogoti anak-anak yang masih belum mengerti dan mengetahui apa-apa. Mereka hanya tahu bahwa acara televisi itu bagus, mereka merasa senang dan terhibur serta merasa penasaran untuk terus mengikuti acara demi acara selanjutnya. Sudah sepatutnya orang tua menyadari hal ini, mengingat betapa besarnya akibat dari menonton televisi yang berlebihan.
Dibawah ini dicantumkan data mengenai fakta tentang pertelevisian Indonesia :
• tahun 2002 jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 – 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000jam/tahun.
• 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung adegan kekerasa, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka.
• saat ini ada 800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang selama 170jam/minggu padahal satu minggu hanya ada 24 jam X 7 hari = 168 jam.
• 40 % waktu tayang diisi iklan yang jumblahnya 1.200 iklan/minggu, jauh diatas rata-rata dunia 561 iklan/minggu.
Berdasarkan perjabaran diatas, bisa dibayangkan apabila anak-anak yang merupak aset-aset bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini serta yang akan memajukan bangsa ini, sejak kecil telah terbiasa dengan hal yang tidak bermanfaat, maka negara ini yang sudah tertinggal dan terpuruk ini akan semakin terpuruk dan tertinggal dan akhirnya akan menjadi negara yang akan di lecehkan oleh negara lain. Inilah fakta yang bukan hanya untuk kita perhatikan tetapi perlu dilakukan tindakan nyata untuk mengantisipasinya. Yang pastinya diperlukan satu-kesatuan tekat dalam setiap diri orang tua dan anggota masyarakat untuk bisa mengatisipasi dampak yang akan terjadi serta bisa menjadi kontrol bagi pihak penyiar televisi terhadap acara-acara yang ditayangkan oleh setiap stasiun televisi.
Jika kita kaji lebih jauh, dampak negatif dari menonton televisi berlebihan yaitu:
• Anak 0–4 tahun, menggangu pertumbuhan otak, menghambat pertumbuhan berbicara, kemampuan herbal membaca maupun maupun memahaminya, menghambat anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan.
• Anak 5-10 tahun, meningkatkan agresivitas dan tindak kekerasan, tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan
• Berprilaku konsumtif karena rayuan iklan
• Mengurangi kreatifitas, kurang bermain dan bersosialisasi, menjadi manusia individualis dan semdiri
• Televisi menjadi pelarian dari setiap keborosan yang dialami, seolah tidak ada pilihan lain
• Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan) kaena kurang berkreativitas dan berolahraga
• Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga, waktu berkumpul dan bercengkrama dengan anggota keluarga tergantikan dengan nonton TV, yang cendrung berdiam diri karena asik dengan jalan pikiran masing-masing
• Matang secara seksual lebih cepat asupan gizi yang bagus adegan seks yang sering dilihat menjadikan anak lebih cepat matang secara seksual, ditamah rasa ingin tahu pada anak dan keinginan untuk mencoba adegan di TV semain menjerumskan anak.
Mungkin kita beranggapan dampak televisi tidaklah begitu teralu besar bagi anak-anak, malahan orang tua hanya melarang anak-anaknya untuk tidak menonton film yang berbau pornoaksi, dan membiarkan mereka menonton film yang biasa-biasa saja atau memang film anak-anak, namun sebenarnya film anak-anak yang di tonton oleh anak-anak pun tidak menutup kemungkinan bisa berdampak negatif bagi anak itu sendiri. Sekarang seteleh mengetahui begitu besar dampak televisi bagi anak sudah sepatutunya setiap orang tua membatasi waktu menonton dan mengawasi serta menseleksi acara-acara apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk di tonton oleh anak-anak.

Bahkan untuk anak usia dini menonton televisi sering hanya dijadikan sebuah cara hiburan untuk mengalihkan kegemarannya bermain diluar rumah. Sajian yang ditayangkan bagi meka seperti kebanyakan kartun yang sering diputar berulang kali seperti sepongebob, upin&ipin, tom&jerry. Dll. Banyak berdampak pusitif dan negatifnya, dilihat dari karakter anak usia dini yang selalu meniru itu menjadi ajang yang perlu diwaspadai, mengenal itu disajikan berulang kali tanpa mereka sadari itu memepengaruhi perkembangannya.
Selain film-film kartun yang disajikan memang peruntuk anak-anak juga pembiasaan anak bersama orang tua dalam setiap harinya tidak dapat menutup kemungkinan bahwa mereka juga menikmati siaran sinetron yang dimana kita ketahui sinetron-sinetron pada saat ini hanya menceritakan tentang cinta, pacaran, dan gaya hidup yang sudah mulai kacau balau engan pengaruh gaya tidak jelas asalnya.
Banyak anak-anak usia dini yang tidak nurut pada orang tuanya dikarenakan mereka terlalu asyik saat menonton televisi dlihat dari penayangannya yang dimulai sejak subuh atau pas saat anak membuka matanya, gaya bahasa yang sudah mulai simpang siur dengan gaya alaynya, bhakan kebiasaan kebiasaan bodoh yang di perankan pelaku hiburannya.
Namun ada beberapa dampak positifnya juga, selain bagi anak usia dini televisi sebagai media mereka beristirahat pada rutinitasnya banyak beberapa acara televisi yang menyajikan beberapa tayangan anak yang membawa dampak positif dengan mengajarkan banyak hal-hal yang mudah namun menjadkan ebuah pembiasaan seperti yang berada pada film karrtun upin&ipin banyak pembiasaan yang bisa dijadikan media edukatif anak dalam belajar pembiasaannya, namun pembiasaan pada dasarnya perlu lebih banyak lagi pembiasaan yang ditarpkan dan bimbingan orang tua seperti selalu mengucapkan salam saat masuk dan keluar rumah, dan berdoa sebelum makan dan melakukan aktifitas.
Mengenal film upin&ipin itu berasal dari negeri tetangga yaitu malaysia yang dengan jelasnya mengenalkan pembendaharaan bahasa mereka, sebaiknya perlu juga banyak bimbingan orang tua saat anak dibiasan untuk menonton televisi pada waktu siaran-siaran tertentunya.
Dr Hardiono menambahkan, bahaya televisi lainnya adalah efek sinar biru. Sinar biru adalah sinar dengan panjang gelombang cahaya 400-500 nm yang dapat berpotensi terbentuknya radikal bebas dan menimbulkan fotokimia ada retina mata anak. Lensa mata anak masih peka dan belum dapat menyaring bahaya sinar biru. Karena itulah risiko terbesar kerusakan akibat sinar biru terdapat pada usia dini.
"Jadi efek negatif dari televisi jadi ganda. Tidak hanya mengganggu kecerdasan anak, tetapi juga kesehatan matanya," ucap dr Hardiono.
Sigman menuturkan bahwa menonton TV, bermain video game, baik di laptop maupun pada smartphone itu sama bahayanya dengan anak-anak mengonsumsi junk food atau makanan siap saji. Untuk itu anak harus diberikan batasan yang jelas. Orang tua, kata Sigman, harus membatasi anak-anaknya menghabiskan waktu di depan layar kaca. Jika tidak, anak-anak ini akan memiliki risiko gaya hidup tidak sehat yang terkait dengan diabetes dan penyakit jantung.
Sigman mengungkapkan anak-anak yang berusia di bawah tiga tahun sebaiknya hanya sedikit atau tidak ada waktu untuk menonton TV setiap hari, anak berusia 3-7 tahun seharusnya boleh menonton televisi tidak lebih dari 90 menit, sedangkan untuk remaja hingga usia 18 tahun sebaiknya hanya boleh menonton televisi maksimal 2 jam setiap hari.
“Anak-anak yang dibiasakan memiliki TV di kamar tidur cenderung tidak atau belum bisa membaca pada usia enam tahun,” ia menambahkan. Dijelaskan lagi, kondisi inilah yang menjadi salah satu alasan meningkatnya angka kemiskinan melek huruf di Inggris. Hal ini akan memiliki efek yang cukup berarti dalam hal perhatian anak.
Sementara itu Sue Palmer, ahli perkembangan anak mengatakan, anak-anak sebaiknya diperkenalkan secara bertahap agar nantinya tidak menjadi kecanduan. Kesibukan orang tua jangan menjadi alasan untuk tidak berinteraksi secara langsung dengan anak dan membiarkan mereka melihat televisi secara berlebihan. Orang tua harus mendampingi anak-anaknya saat menonton televisi, menonton video atau mungkin di saat berselancar di internet. Pengawasan sangat penting untuk menyaring informasi yang didapat oleh si anak, baik di televisi maupun di dunia maya.
Sejumlah pengaruh terlalu sering menonton televisi bagi anak-anak, di antaranya adalah memengaruhi perkembangan otak. Bagi balita di bawah tiga tahun, terlalu sering melihat televisi akan mengalami gangguan bicara, menghambat kemampuan membaca secara verbal maupun pemahaman, serta menghambat kemampuan berekspresi melalui tulisan. Pada usia 5-10 tahun, terlalu sering menonton televisi akan berefek pada peningkatan agresivitas serta kekerasan dan tidak mampu membedakan antara realita atau kenyataan dengan imajinasi atau khayalan.



E. Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi
Setiap orang tua memiliki tanggungjawab untuk selalu mengawasi anaknya dan memperhatikan perkembangannya, oeh sebab itu hal-hal yang sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai dampak positif atau negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang bersangkutan. Begitu juga mengenai hal televisi ini, yang sudah nyata dampak negatifnya, sudah sepatutnya setiap orang tua mempersiapkan senjata untuk mengantisipasinya.
Dari begitu banyak dampak yangdiakibatkan oleh tontonan televisi, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan oleh setiap orang tua, yaitu:
 Pilih acara yang sesuai dengan usia anak
Jangan biarkan anak-anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya, walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak (tidak ada unsur kekerasan, atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan usia mereka).
 Dampingi anak memonton TV
Tujuannya adalah agar acara televisi yang mereka tonton selalu terkontrol dan orangtua bisa memperhatikan apakah acara tersebut masih layak atau tidak untuk di tonton.
 Letakan TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV dikamar anak.
Dengan meyimpan TV diruang tengah, akan mempermudah orang tua dalam mengontrol tontonan anak-anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang tidak orang tua inginkan, karena kecendrungan rasa ingin tahu anak-anak sangat tinggi.
 Tanyakan acara favorit mereka dan buntu memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah menonton, ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana dan positif
 Ajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain.
 Acara yang bisa dilakukan misalnya hiking, tamasya, siraturahim tempat sanak keluarg dan hal lainnya yang bisa membangun jiwa sosialnya.
 Perbanyak membaca buku, letakkan buku ditempat yang mudah dijangkau anak, ajak anak ke toko dan perpustakaan
 Perbanyak mendengarkan radio, memutar kaset atau mendengarkan musik sebagai mengganti menonton TV
 Jangan jadikan TV sebagai peralihan saat orang tua tidak bisa mengawasi anak-anak.
Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena dengan mendenganrkan radio, anak akan terlatih kemampuan mendengarnya, jika kita bandingkan denga menonton televisi hanya merangsang anak untuk mengikuti alur cerita tampa menganalisis lebih lanjut dari apa yang dialihat dan dengar. Begitu juga dengan mendengarkan musik lebih baik dilakukan bila dibandingkan dengan menonton televisi karena bisa melatih perkembangan imajinasi anak.

BAB III
KESIMPULAN

Televisi merupakan media massa elektronik yang sangat digemari hampir disegala jenjang usia, baik oleh anak-anak remaja maupun orang dewasa sekalipun. Menonton acara televisi sebenarnya sangat baik bagi anak-anak, remaja dan orang dewasa, dengan catatan apabila menonton televisi tersebut tidak berlebihan, acara yang ditonton sesuai dengan usia, dan bagi anak-anak adanya kontrol/pengawasan dari orang tua.
Orang tua perlu lebih banyak mengawasi anak dalam kesehariannya terutama pada program acara televisi yang disuguhkan anak, mengenak anak usia dini adalah anak yang masih gemar meniru. Pemilihan acara dan program Tv yang baik dan lebih banyak positifnya tidak sukar tuk dilakukan karna pada dasarnya anak usia dini membutuhkan pendidikan disetiap pembiasaan yang ia terima terutama dimasa golden age nya.

DAFTAR PUSTAKA

http://xerma.blogspot.com/2013/08/pengertian-televisi-menurut-para-ahli.html?m=1 (Pada 07 Juni 2014)
http://www.ibudanbalita.com/diskusi/-Efek-Sinar-Biru-Televisi-Terhadap-Kecerdasan-Anak (Pada 09 Juni 2014)
http://majidbsz.wordpress.com/2008/06/11/pengaruh-televisi-terhadap-anak/ (Pada 07 Juni 2004)
 
PENGARUH GADGET TERHADAP ANAK USIA DINI

Dianjurkan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah IPS Untuk Anak Usia Dini Sebagai Pengganti UTS (Ujian Tengah Semester)
Semester Genap
Tahun 2013 - 2014








Oleh :
Nama : Liana Oktaria
Nim : 063151111004




PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Salawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini memuat tentang perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berbentuk gadget mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tidak hanya orang-orang yang memiliki kepentingan saja yang dapat menggunakannya namun pada saat ini kemajuan tekhnologi juga dengan mudah dapat dinikmati oleh anak usia dini yang tanpa disadari orang tua memiliki dampak yang bisa sangat vberbahaya apabila tanpa dampingan orang tuanya dan orang-orang disekitarnya.
Maka dari itu penulis membuat makalah yang berjudul “PENGARUH GADGET UNTUK ANAK USIA DINI” sebagai salah satu tugas mata kuliah IPS Untuk Anak Usia Dini Sebagai Pengganti UTS (Ujian Tengah Semester) pada semester genap ini. Penulis menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai penyempurnaan makalah ini, sehingga dikemudian hari makalah ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Seiring dengan itu, penulis mengucapkan Terima Kasih kepada yang terhormat dpsen Pengampu yang telah memberikan materi dalam mata kuliah ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kesehatan serta rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.


Sukabumi,   April 2014


    Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................2
1.4 Prosedur Pemecahan masalah...........................................................................3
1.5 Sistematika Penulisan.......................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Gadget dan Anak Usia Dini..........................................................................................4
2.2 Peran Orang Tua dalam Penggunaan Gadget Untuk Anak Usia Dini..........................7
2.3 Manfaat Gadget Untuk Anak Usia Dini.....................................................................10
2.4 Pengaruh Penggunaan Gadget Secara Kontinyu Terhadap Perkembangan Psikologis Anak Usia Dini...........................................................................................................11

BAB III KESIMPULAN........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Abad ke-21, saat di mana kita hidup sekarang, merupakan masa di mana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengalami perkembangan yang sangat pesat. Yang paling jelas adalah perkembangan alat komunikasi. Yang mulanya dulu hanya ada surat dan telepon kabel, kini telah berkembang menjadi handphone, laptop, tablet PC, i-pad dan lain sebagainya. Hal ini tentunya membawa dampak yang besar bagi kehidupan manusia. Begitu banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan lebih mudah dan cepat dari pada sebelumnya. Dalam hal ini tujuan perkembangan teknologi, yaitu membuat kehidupan manusia dapat berjalan dengan lebih mudah bisa dikatakan telah tercapai. Namun, sejalan dengan hukum alam, setiap hal apa lagi suatu perubahan pasti akan membawa efek samping tertentu bagi setiap pihak yang terlibat dalam siklus tersebut. Banyak hal yang berubah terkait dengan perkembangan IPTEK ini, terutama pola hidup masyarakat, antara lain pada perkembangan anak.
Perubahan teknologi semakin pesat, banyak anak-anak terutama pada anak yang berusia 5 hingga 12 tahun lebih menyukai bermain dengan teknologi baru seperti playstation, game online, handphone, tablet ataupun ipad. Hal ini memang memiliki sisi positif dan negatif terhadap dampak perkembangan teknologi untuk anak usia 5-12 tahun. Padahal masa anak-anak adalah masa keemasan dimana anak-anak berada dalam masa bermain serta belajar terhadap apa yang belum diketahuinya. Sebelum kita mengetahui bagaimana dampak iptek pada perkemabngan anak, kita harus terlebih dahulu mengetahui apa yang dimaksud dengan teknologi, akibat kemajuan IPTEK pada pola hidup masyarakat, dampak positif dan negative dari IPTEK dan baru akan menjelaskan dampak gadget pada perkembangan anak.
Istilah “teknologi” berasal dari “techne“ atau cara dan “logos” atau pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia. Sedangkan dampak adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh sesuatu . Jadi dampak teknologi adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu teknologi, bisa akibat baik bisa juga akibat buruk dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan  ilmu pengetahuan. Akibat dari kemajuan teknologi pada pola perilaku masyarakat seperti berikut :
a) Perbedaan kepribadian pria dan wanita.
semakin besar porsi wanita yang memegang posisi sebagai pemimpin, baik dalam dunia pemerintahan maupun dalam dunia bisnis.
b) Meningkatnya rasa percaya diri.
Perkembangan dan kemajuan ekonomi telah meningkatkan rasa percaya diri dan ketahanan diri sebagai suatu bangsa akan semakin kokoh.
c) Pola interaksi antarmanusia yang berubah.
Kehadiran komputer pada kebanyakan rumah tangga golongan menengah ke atas telah merubah pola interaksi keluarga.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis membatasi pokok bahasan dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Gadget dan Anak Usia Dini
2. Peran Orang Tua dalam Penggunaan Gadget Untuk Anak Usia Dini
3. Manfaat Gadget Untuk Anak Usia Dini
4. Pengaruh Penggunaan Gadget Secara Kontinyu Terhadap Perkembangan Psikologis Anak Usia Dini

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah menjawab dan memecahkan masalah :
1. Untuk mendeskripsikan Gadget dan Anak Usia Dini
2. Untuk mendeskripsikan Peran Orang Tua dalam Penggunaan Gadget Untuk Anak Usia Dini
3. Untuk mendeskripsikan Manfaat Gadget Untuk Anak Usia Dini
4. Untuk mendeskripsikan Pengaruh Penggunaan Gadget Secara Kontinyu Terhadap Perkembangan Psikologis Anak Usia Dini


1.4 Prosedur Pemecahan Masalah
Pada prosedur pemecahan masalah digunakan tekhnik pengumpulan data study kepustakaan yang merupakan pengkajian literatur yang digunakan untuk memecahkan permasalahan. Maka dalam tekhnik pengumpulan data ini dibutuhkan penguasaan teori, prinsip, konsep dan hukum-hukum yang berhubungan dengan kajian diatas.

1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini dibuat dengan sistematika sebagai berikut :
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Bab I Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan Penulisan
4. Prosedur Pemecahan Masalah
5. Sistematika Penulisan
4. Bab II Pembahasan
5. Bab III Kesimpulan
6. Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN

Perkembangan teknologi sekarang semakin berkembang, berbagai manfaat dari perkembangan teknologi yang semakin canggih tersebut tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa saja, tetapi anak usia dini pun sekarang sudah dapat merasakan dari manfaatnya.

2.1 Gadget dan Anak Usia Dini
Gadget merupakan alat berukuran mini dengan banyak kegunaan yang dapat diperoleh di dalamnya. Kemudahan dalam mengakses berbagai informasi dan hiburan telah tersaji dalam bentuk online dan offline. Tentunya barang canggih ini bukan hanya sekedar dijadikan media hiburan semata, dilihat dari segi harga yang tak bisa dibilang murah dan berbagai aplikasi yang semakin canggih di dalamnya membuat gadget terkesan wajib digunakan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan dalam hal bisnis atau pengerjaan tugas kuliah dan kantor. Namun penggunaan gadget seringkali disalahgunakan oleh sebagian pihak, seperti orang tua secara instan memberikan fasilitas gadget untuk media dalam mendidik anaknya yang masih berusia dini. Memberikan anak usia dini fasilitas gadget sebagai sebuah apresiasi prestasi atau hanya sekedar kado ulang tahun dan menjadikan alasan agar anak betah dirumah dapat menghambat proses perkembangan psikologisnya. Apalagi jika orang tua juga membiarkan anak secara terus menerus menggunakan aplikasi gadget yang akan menjadikan anak usia dini tersebut menjadi tidak konsentrasi dalam belajar, malas menulis, malas membaca buku dan menurunkan kualitas si anak dalam bersosialisasi.
Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang ditunjukkan untuk anak usia 3 sampai dengan 6 tahun (PP No. 27/1990 Pasal 6). Namun, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 28 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dilaksanakan sebelum jenjang pendidikan dasar.  Pendidikan yang mengutamakan meningkatkan kecerdasan motorik, kecerdasan berpikir, kecerdasan emosi, bahasa serta komunikasi ini menunjukkan bahwa anak usia dini adalah asset masa depan suatu bangsa yang harus di perhatikan dalam setiap tahap masa perkembangannya. Anak usia dini adalah masa dimana anak sedang berada di tahap emas, mudah menerima informasi lalu mengembangkannya secara alami. Belum lagi, gadget menimbulkan banyak bahasa jika dilakukan penggunaan secara terus menerus seperti penyakit gangguan kejiwaan pada anak usia dini yang tidak bisa lepas dari gadgetnya, jika sebentar saja jauh dari gadgetnya, anak tersebut akan merasa kesakitan. Berlanjut dengan berimbasnya buruknya sosialiasi karena penggunaan gadget yang sudah tidak seimbang dengan efesien penggunaannya. Masih banyak masalah lain yang ditimbulkan dari penggunaan gadget yang dilakukan secara kontinyu. Perlu gerakan baru yang dilakukan para orang tua atau lembaga pendidikan anak usia dini dalam mendidik anak usia dini. Baik dalam pendekatan yang dilakukan secara internal maupun eksternal yang dapat menjadikan perkembangan psikologisnya sesuai yang yang seharusnya berkembang di masa seusianya. Peningkatan media atau permainan secara kreatif dapat dilakukan para orang tua dan para pembimbing di lembaga pendidikan agar dapat membantu anak dalam meningkatkan kecerdasan yang dimilikinya.
Pada saat ini perkembangan gadget semakin canggih. Bentuk gadget yang semakin tipis dan menarik serta aplikasinya yang beragam memudahkan setiap orang untuk mengakses berbagai informasi dari segala aspek kehidupan. Di era teknologi yang canggih ini, gadget membuat setiap orang tua berpikir "instan" dalam mendidik anaknya. Sehingga di masa sekarang, bukan hal yang aneh lagi apabila ada orang tua yang menyediakan fasilitas berupa gadget untuk anaknya yang masih berusia dini atau masih dalam usia emas (golden age). Gadget memang memudahkan setiap orang dalam mengakses segala infomasi, tetapi bagaimana ketika gadget digunakan anak usia dini yang seharusnya bermain dengan teman sebayanya, bersosialisasi dengan lingkungan tempat tinggalnya, mengeksplor dirinya, dan berpikir kreatif dalam menyikapi masalah. Karena keunggulan aplikasi gadget, maka gadget lebih pantas digunakan untuk mengembangkan suatu pikiran, ide, usaha dan gaya hidup remaja atau orang dewasa atau orang yang memiliki kepentingan khusus dalam penggunaan gadget. Bukan hanya sekedar dijadikan sebagai media hiburan, untuk nge-games atau menonton suatu acara secara online (menggunakan aplikasi tv online atau youtube) untuk anak usia dini.
Kemudahan pengoperasian gadget dan aplikasi yang terdapat di dalamnya baik online maupun offline, baik berupa games atau situs web telah memberikan keluasan pada anak usia dini secara bebas untuk memperoleh berbagai hal yang seharusnya belum pantas mereka peroleh di usianya. Padahal dalam teori karakteristik perkembangan anak usia dini dijelaskan sebagai berikut:
1) Perkembangan fisik-motorik, perkembangan fisik setiap anak usia dini berbeda, ada yang lebih cepat berkembang dan ada juga yang lambat perkembangan dalam segi ukuran tinggi badan, berat badan dan lain-lain. Anak usia dini dalam masa perkembangan motorik kasar berupa melakukan berbagai gerakan sederhana berupa berjingkrak, melompat, dan berlari. Sedangkan dalam perkembangan motorik halus, anak usia dini menonjolkan kemampuan dalam menyusun, menempatkan, memegang benda-benda, memadukan anggota tubuh dalam bergerak;
2) Perkembangan Kognitif, bagian kejiwaan yang berpusat di otak dan berhubungan dengan gerak kehendak serta perasaan. Jiwanya membentuk mental yang kuat, dapat meniru tindakan orang lain, mulai pandai bercakap dan menyelesaikan masalah dengan menggabungkan secara mental skema yang telah diperolehnya, sudah memahami masalah yang ada namun belum bisa paham jika ada perbedaan pendapat dengan orang lain;
3) Perkembangan sosio-emosional, perilaku anak yang berupa sikap empati dan kepribadian dibentuk oleh kombinasi antara bawaan jiwa dan pola asuh anak tersebut. Sikap yang ditonjolkan biasanya berupa bermain atau berinteraksi dengan teman sebayanya meskipun dalam proses bertahap anak usia dini akan dengan sendirinya beraktivitas sendiri karena cenderung lebih mudah bosan melakukan hal yang sama secara kontinyu, bercakap, marah, cemburu dengan barang yang dimiliki orang lain, memahami perbedaan dan ingin terlibat dalam persahabatan, dan lain sebagainya;
4) Perkembangan Bahasa, perkembangan ini dimulai dari awal kehidupan anak lahir maka perkembangannya jelas berbeda. Ada anak yang  memiliki kemampuan bercakap dengan baik dan ada yang rendah. Seorang anak mengeluarkan suara atau irama secara teratur dari awal usia 0-1 tahun, berlanjut dengan mengucapkan satu kata, lalu kalimat dan terus meningkat seiring perkembangan masa usianya hingga di usia tujuh tahun bisa bercakap dengan baik.
Menurut para pakar pendidikan, sebaiknya seorang anak dikenalkan pada fungsi dan cara menggunakan gadget saat berusia enam tahun. Karena di usia tersebut perkembangan otak anak meningkat hingga 95% dari otak orang dewasa. Sebab, jika mengenalkan gadget di bawah usia enam tahun, anak lebih banyak untuk bermain karena anak tertarik dengan visual (gambar) dan suara yang beragam yang terdapat pada gadget. Namun menurut sebuah studi pada 2004 yang dipublikasikan jurnal Pediatrics, anak-anak yang menonton televisi saat usia mereka 1 sampai 3 tahun mengalami penurunan perhatian saat usia mereka tujuh tahun. Anak usia dini memiliki potensi besar dalam mengembangkan segala potensi yang ada di dalam dirinya. Bercakap, bersosialisasi, mengenal lingkungan, menunjukkan kemampuan dirinya, memahami suatu masalah lalu dengan alami menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan pola pikir anak seusianya yang memiliki cara pandang tersendiri meskipun masih sulit menerima dan memahami masalah apa yang sesungguhnya sedang ia pecahkan. Di masa usia emas ini banyak kegiatan yang dapat dilakukan oleh para orang tua dan pembimbing di taman belajar untuk terus meningkatkan kreativitas anak usia dini agar terus berkembang dan lebih baik agar siap dalam perkembangannya di masa-masa berikutnya.

2.2 Peran Orang Tua dalam Penggunaan Gadget Untuk Anak Usia Dini
Mengenalkan gadget sejak dini pada anak sebenarnya tidak ada yang salah, tetapi banyak dari orangtua yang tidak memahami benar penggunaan gadget yang baik untuk anak. Sehingga gadget tidak hanya untuk membuat anak asyik bermain dan menjadi tenang. Karena sebenarnya banyak manfaat yang mengandung unsur pendidikan yang bisa diperoleh dari bermain smartphone, laptop dan komputer tablet untuk anak, misalnya memberikan pengetahuan baru. Karena itu sebelum kamu membelikan gadget, cari tahu tujuan yang ingin dicapai. Jangan menjadikan kecanggihan teknologi untuk membatasi aktvitas anak. Karena meski gadget bisa menjadi mainan yang menarik, anak harus tetap bergerak aktif.
Terkadang orang tua membelikan gadget pada anak bayi atau anak kecil, adalah supaya mereka tenang dan tidak terganggu namun mereka tidak menyadari si bayi itu asik dengan gadgetnya (dunianya sendiri) sehingga mereka tidak berespon ketika dipanggil. Coba bayangkan jika sejak bayi sudah difasilitasi dengan gadget,  sementara si anak sedang mengembangkan kemampuan visualnya yang masih sangat terbatas, tetapi dengan games yang ada di gadget walaupun games edukasi itu membuat anak terganggu secara penglihatan, belum lagi efek radiasi yang dipancarkan gadget.  Sementara banyak juga orang tua yang membiarkan gadgetnya ada di kamar sampai si anak kecapekan main gadget dan tertidur, otak anak juga semakin dirusak dengan adanya gelombang radiasi yang dipancarkan oleh gadget-gadget itu.
Penggunaan gadget harus disesuaikan dengan kebutuhan anak sehingga kontrol orang tua sangat mutlak diperlukan untuk mengawasi penggunaannya agar tidak melampaui batas. Handphone misalnya, diberikan untuk memberikan kontrol kepada anak supaya dapat terus berkomunikasi, lalu tekankan kepada si anak untuk tetap berkomunikasi secara normal ketika orang tua ada di rumah, dan ‘no gadget’ ketika semua anggota keluarga ada di rumah. Ini untuk melatih anak bahwa hubungan sosial sangatlah penting dan tetap harus terjaga.

Hal yang perlu dilakukan Orang Tua sebelum pemberian gadget pada anak :
• Pikirkan faktor keamanan.
Gadget yang canggih dengan harga mahal yang dibawa anak  hanya akan menjadikan orang yang memiliki niat jahat tergerak untuk melakukan kejahatan, hingga akhirnya anak anda menjadi korban kejahatan pencurian gadget yang dimilikinya. Karena itu, sebaiknya pilihkan gadget yang tidak terlalu mahal untuk anak. Cukup belikan yang sudah memadai fungsi dan manfaat untuk anak seusianya.
• Pikirkan faktor kemanfaatan
Anak biasanya selalu menginginkan apa yang dimiliki temannya, tanpa memikirkan apakah dia membutuhkannya atau tidak. Karena itu, saat anak anda meminta sebuah gadget, orang tua seharusnya terlebih dahulu menanyakan tujuan dan manfaat apa yang diinginkannya agar anda bisa memilihkan gadget mana yang bisa sesuai dengan manfaat yang diharapkannya.
• Untuk Pikirkan faktor kepantasan
Sebaiknya orang tua melihat lingkungan sekitar. Apakah type gadget dengan fitur canggih yang harganya mahal cocok untuk digunakan di lingkungan sekitar. Karena tidak pantas rasanya kalau di tempat kumuh dan padat penduduk, anak bermain main gadget yang harganya sangat mahal. Anak yang menjalani aktifitas sekolah, sebaiknya berikan gadget dengan fasilitas secukupnya, daripada berlebihan.
• Perhatikan pengaruhnya terhadap mental anak
Saat membelikan gadget, pikirkan juga efeknya terhadap mental anak. Jangan sampai anak anda terlalu bergantung kepada gadgetnya dan melupakan potensi yang ada dalam dirinya.
• Perhatikan efek perkembangan
Penggunaan gadget yang baik adalah bisa membagi waktunya dengan aktifitas lain selain bermain gadget. Jangan sampai dengan adanya gadget, anak lupa untuk berinteraksi dengan teman temannya, bermain layaknya anak kecil. Atur waktu penggunaannya, kapan anak bisa bermain gadget dan kapan anak harus berinteraksi dengan orang lain, termasuk orang tuanya sendiri. Agar perkembangan dirinya seiring dengan perkembangan sosialnya.
Beberapa cara yang dapat dilakukan para orang tua dalam mendidik anak usia dini agar masa perkembangannya berjalan sesuai semestinya:
1) Memahami kemampuan anak dengan meluangkan waktu untuk menilai seberapa tajam anak memilah hal-hal baru;
2) Menyediakan atau menciptakan lingkungan belajar yang baik, menyenangkan dan sesuai dengan keinginan si anak;
3) Tidak memarahi anak ketika anak melakukan kesalahan, artinya sebaiknya para orang tua membiarkan anaknya belajar dari kesalahan yang telah ia perbuat dan membantu si anak dalam belajar progresif dengan memperkuat landasan pendidikan mereka;
4) Bersabar dan aktif dalam mendidik anak meskipun anak sudah mendapatkan pendidikan melalui taman belajar atau lembaga pendidikan, orang tua tetap memiliki peran terbesar dalam menciptakan suatu karakter dalam diri seorang anak;
5) Meluangkan banyak waktu untuk anak, agar anak tidak merasa kesepian dan bosan dirumah karena tidak ada teman bicara.
Perlu disadari bahwa setiap anak usia dini istimewa karena satu dengan yang lainnya berbeda. Hanya saja orang tua disini memegang peran utama dalam pendidikan di masa emas anak usia dini. Bermain diluar rumah lebih baik daripada diam terpaku dengan gadget. Bermain sepak bola dengan teman-temannya di lapangan luas jelas memiliki perbedaan dengan bermain bola di playstation atau gadget lainnya. Dan contoh ini berpengaruh terhadap perkembangan psikologis anak usia dini mulai dari perkembangan fisik-motorik, kognitif, sosio-emosional dan bahasa, yang perbedaannya dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) Ketika anak usia dini bermain sepak bola bersama teman-temannya, secara alami anak akan berlari mengejar bola untuk berkompetisi dalam permainan tersebut. Dengan begitu, perkembangan fisik-motorik mampu berkembang dengan baik. (2) Ketika dalam permainan atau kompetisi tersebut ada pihak yang kalah, maka disitu akan terjadi banyak interaksi yang kuat membentuk barisa kepekaan dan pelajaran untuk si anak dalam menerima kekalahan atau merasakan kemenangan yang sesungguhnya. Perkembangan kognitif dengan mudah dapat tercapai dengan baik. (3) Anak merasa sedih ketika kalah dalam kompetisi dan merasa senang ketika ia dapat memenangkan kompetisi tersebut. Dengan kata lain, perkembangan sosio-emosional anak aktif dengan cepat dan dalam keadaan yang tepat. (4) Karena telah terjadi banyak interaksi dengan teman mainnya dan lingkungan yang terlibat dengannya, maka kemampuan berbahasa dapat menjadi lebih baik dibandingkan ketika anak diam dengan gadgetnya yang tidak bisa mengaktifkan kemampuan verbalnya secara maksimal.
Namun jika gadget tetap digunakan dan dalam penggunaannya dilakukan secara secara efesien serta diiringi pemantauan orang tua secara maksimal, tetap saja gadget bukan merupakan alternatif yang baik dalam mendidik anak di usia emasnya walawpun perkembangan tekhnologi tidak dapat dihindari dan banyak memeberikan manfaat disamping pengaruh yang akan berdampak pada anak baik positif maupun negatif. Dalam arti lain, orang tua dituntut lebih kreatif dalam mendidik anak, menyediakan sarana bermain dan belajar dan media lainnya yang lebih sehat dan sesuai dengan masa tumbuh kembang anak mereka, utamanya masa emas anak usia dini.

2.3 Manfaat Gadget Untuk Anak Usia Dini
Tidak hanya itu karena perkembangan teknologi yang semakin canggih sekarang sudah banyak software edukasi yang dapat membantu perkembangan anak usia dini, khususnya dibidang kognitif. Berbagai software tersebut biasanya mengajak anak untuk belajar sambil bermain. Software tersebut dapat dibuat dalam bentuk games edukasi maupun bentuk aplikasi lainnya yang disukai anak. Di sisi lain games edukasi ini digunakan sebagai alternatif media pembelajaran yang mudah dipelajari dan dipahami oleh anak dengan konsep edutainment.
Selain telah banyak tersedianya software edukasi yang gratis untuk anak usia dini. Dengan adanya perkembangan teknologi ini, guru juga dapat berkreasi dengan membuat berbagai software edukasi sendiri. Sehingga guru akan semakin terampil dalam hal teknologi. Sekarang ini sudah banyak berbagai software edukasi yang bermanfaat bagi anak usia dini yang dapat kita temui dari internet. Salah satu contohnya adalah seperti  yang di buat oleh salah satu mahasiswa Universitas Sebelas Maret.
Aplikasi  Multimedia Education Games
Isi dari Aplikasi Multimedia Education Games Untuk Anak Usia Dini ini dibuat dengan 5 permainan dasar yaitu :
1. Mencocokkan Gambar
Anak akan belajar mencocokkan gambar:
• Buah-buahan
• Binatang
• Peralatan rumah
• Peralatan sekolah
• Kendaraan
Anak diminta untuk memasangkan benda-benda dengan bayangannya masing-masing. Ayo, klik gambar yang berada di sebelah kiri/atas untuk mengetahui pasangannya ya? Perhatikan baik-baik yach sebelum menjawab.
2. Memilih Gambar
Disini ada satu pertanyaan, tugas anak adalah menjawab pertanyaan tersebut dengan cara memilih satu jawaban dari tiga pilihan yang ada sehingga menjadi sebuah jawaban yang tepat.
3. Melengkapi Kata
Dalam hal ini ada satu kata yang belum lengkap. Tugas anak adalah melengkapi kata tersebut dengan cara memilih satu jawaban dari tiga pilihan yang ada sehingga menjadi sebuah kata yang tepat.
4. Berhitung dari 0 – 20
Disini anak dapat belajar penjumlahan dan pengurangan dari 0 – 10 atau pengurangan dan penjumlahan dari 0 – 20. Cara menjawab adalah klik salah satu jawaban dari pertanyaan pilihan ganda.
5. Mewarnai Gambar
Disini tugas anak adalah memberikan warna-warna sesuai selera kalian, sehingga menjadi sebuah gambar yang berwarna-warna.

2.4 Pengaruh Penggunaan Gadget Secara Kontinyu Terhadap Perkembangan Psikologis Anak Usia Dini
Masa anak-anak adalah masa keemasan dimana anak-anak berada dalam masa bermain serta belajar terhadap apa yang belum diketahuinya. Tapi, dimana sekarang perubahan teknologi semakin pesat, banyak anak-anak terutama pada anak yang berusia 5 hingga 12 tahun lebih menyukai bermain dengan teknologi baru seperti playstation, game online, handphone, tablet ataupun ipad. Hal ini memang memiliki sisi positif dan negatif terhadap dampak perkembangan teknologi untuk anak usia 5-12 tahun.
Pengaruh Penggunaan Gadget yang Berlebihan Terhadap Perkembangan Anak memang menjadi perhatian utama orang tua masa kini. Hal yang seperti ini bahkan menjadi tren di lingkungan keluarga hingga sekolah.  Apalagi jangankan anak-anak, orang tua pun ada yang sangat menyukai gadget sampai disebut gadget freak. Mungkin kita memiliki pandangan yang berbeda ketika anak sekolah terlalu senang online, memiliki smartphone, bahkan sudah berbicara tentang cinta seperti orang dewasa di situs jejaring sosialnya. Ada rasa bangga karena anak tidak gagap tekhnologi, tapi juga ada kekhawatiran bahwa anak akan kehilangan control dan secara psikologis berkembang terlalu cepat. Ini perlu diperhatikan terutama oleh orangtua yang memang mampu membelikan gadget apapun yang diminta anak. Gadget dapat dengan mudah menghubungkan anak dengan siapapun tanpa bisa dipantau orang tua selama 24 jam, baik lewat situs jejaring sosial maupun BBM. Pertemanan yang dasarnya baik, justru bisa berakibat fatal jika orangtua tidak mampu lagi memfilternya. Cybercrime yang berujung pada penculikan sampai bullying, semua berawal dari gadget, dan kebebasan mengakses dunia maya serta jejaring sosial yang sebenarnya diperuntukkan untuk usia diatas 13 tahun. Hal yang semacam ini setidaknya sering terjadi pada anak-anak di waktu usia dini. Namun, dengan kontrol yang baik dari orang tua setidaknya mampu memberikan pencegahan yang dini pula.
Rasa sayang orang tua sebenarnya tidak harus diungkapkan dengan memenuhi semua permintaan anak, terutama jika tindakan ini berdasarkan pada rasa bersalah orang tua yang hanya memiliki sedikit waktu bersama anak karena harus bekerja. Demi kebaikan, anda harus tega berkata tidak untuk permintaan yang tidak akan mendatangkan kebaikan bagi anak kelak. Mengingat Pengaruh Penggunaan Gadget yang Berlebihan Terhadap Perkembangan Anak anda yang kurung mendukung, anda bisa memberikan penjelasan yang masuk akal ketika anak anda merengek minta dibelikan ponsel untuk bermain game misalnya. Sampaikan bahwa anak seusianya belum tepat membawa ponsel, sudah ada PS dirumah, ada koneksi internet di rumah, sekolahnya dekat dari rumah, dan seterusnya. Jadi, temukan alasan dibalik keinginannya atas gadget tertentu, dan sampaikan bahwa gadget yang dia inginkan kurang tepat untuk menjawab kebutuhannya, lalu arahkan kepada hal yang lebih aman.

  Dampak Positif dari Dampak Perkembangan Teknologi untuk Anak
Kemajuan teknologi sudah dirasakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Bahkan banyak anak-anak terutama pada usia 5 hingga 12 tahun yang paling banyak memanfaatkan kemajuan teknologi ini. Dan tidak heran jika dampak positif dari dampak perkembangan teknologi untuk anak usia 5-12 tahun diberi julukan generasi multi-tasking. Dan berikut ini beberapa hal yang memberikan dampak positif terhadap kemajuan teknologi terhadap anak:
1. Tidak bisa dipungkiri jika anak tidak bisa jauh dari kemajuan teknologi terutama pada teknologi informasi yang semakin hari semakin cepat. Dan ini dapat membuat anak mendapatkan kemudahan terhadap informasi serta kemudahan untuk menjalin komunikasi dengan jarak yang jauh.
2. Dengan kemajuan teknologi pada dunia internet, anak dapat mengenal serta menjalin komunikasi dengan banyak orang dari berbagai belahan di dunia.
3. Akibat kemajuan teknologi, banyak permainan-permainan kreatif dan menantang yang ternyata banyak disukai oleh anak-anak. Dan hal ini secara tidak langsung sangat menguntungkan untuk anak-anak karena sangat memberi pengaruh terhadap tingkat kreativitas anak.
4. Meningkatkan konsentrasi
5. Menambah pengetahuan anak melalui tayangan pendidikan dan aplikasi pengetahuan lainnya, sebagai alat untuk refreshing dan rekreasi (asal penggunaan tepat waktu dan terbatas, tidak menyebabkan ketergantungan)
6. Meningkatkan kemampuan belajar anak-anak. Iya jika sesuai dengan usia (tidak pada balita). Namun aplikasi itu hanya terbatas sebagai alat mengajar karena aplikasi tersebut biasanya hanya fokus pada satu jenis pembelajaran. Aplikasi itu tidak mengajarkan keterampilan dan latihan. Mereka hanya mengajarkan anak-anak untuk benar mengidentifikasi huruf, benda, warna dan lain sebagainya. Anak menjadi lebih terstimulasi terhadap visualisasi dan pendengaran yang lebih beragam.
7. Dunia bagai dalam genggaman tangan. Selain bertelepon, anak-anak yang sudah memiliki kepentingan dalam penggunaan gadget bisa mencari apa pun dengan bantuan situs pencari seperti Google atau Yahoo!. Anak juga dimungkinkan selalu terhubung dengan jejaring sosial seperti Facebook, Friendster, Twitter, Kaskus, dan sebagainya.
8. Memberikan pengetahuan baru. meningkatkan koordinasi tangan dan mata. Penelitian yang dilakukan di Manchester University dan Central Lanchashire University menyatakan bahwa orang yang bermain game 18 jam seminggu atau sekita dua setengah jam perhari dapat meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan meningkatkan kemampuan membaca. Psikolog dari Finland Univesity menyatakan bahwa game meningkatkan kemampuan membaca pada anak-anak. Jadi pendapat yang menyatakan bahwa jenis permainan ini menurunkan tingkat minat baca anak sangat tidak beralasan.
9. Meningkatkan kemampuan berbahasa inggris. Sebuah studi menemukan bahwa gamers mempunyai skil berbahasa inggris yang lebih baik meskipun tidak mengambil kursus pada masa sekolah maupun kuliah. Ini karena banyak alur cerita yang diceritakan dalam bahasa inggris dan kadang kala mereka chat dengan pemain lain dari berbagai negara.
10. Meningkatkan pengetahuan tentang computer untuk dapat menikmati permainan dengan nyaman dan kualitas gambar yang prima seorang pemain game online akan berusaha mencari informasi tentang spesifikasi komputer dan koneksi internet yang dapat digunakan untuk memainkan game tersebut. Karena pengguna komputer aktif biasanya mereka juga akan belajar troubleshooting komputer dan overclocking.
11. Meningkatkan kemampuan mengetik. Kemampuan mengetik sudah pasti meningkat karena mereka menggunakan keyboard dan mouse untuk mengendalikan permainan.

  Dampak Negatif dari Dampak Perkembangan Teknologi untuk Anak
Sisi negatif dari teknologi sekarang adalah mudahnya terhipnotis sehingga tidak sedikit yang menyukai dunia maya dan melupakan dunia nyata. Dan hal ini juga menimpa pada anak-anak terutama pada anak usia 5 hingga 12 tahun. Dan berikut ini beberapa dampak negatif lainnya:
1. Secara akademik :
• cenderung menginginkan hasil yang serba cepat, serba-instan, dan serba-mudah, tidak sabaran, dan tidak menghargai proses.
• Kecerdasan Intelektual (IQ) mereka mungkin akan berkembang baik, tetapi kecerdasan emosional intelligence mereka jadi tumpul. Penelitian dari American Academic of Child Psychology juga memaparkan kemungkinan buruknya smartphone, yakni hilangnya kreativitas di usia muda karena dalam pengerjaan tugas-tugas yang sifatnya akademis, anak-anak cenderung mengandalkan mesin pencari dalam internet yang memungkinkan mereka melakukan copy-paste.
• Anak menjadi malas, karena semua informasi tersedia di dalam sebuah genggaman tangan, jadi kecenderungan dan kesempatan anak untuk berusaha mencari dari toko buku, majalah dan lain-lain menjadi hilang.
• Dengan memiliki gadget baik itu sarana telekomunikasi seperti HP maupun sarana hiburan seperti tablet, maka tak dapat dipungkiri jika nak dapat mengalami penurunan konsentrasi saat belajar. Konsentrasinya menjadi lebih pendek dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Anak lebih senang berimajinasi seperti dalam tokoh game yang sering ia mainkan menggunakan gadget-nya.
• Fakta menunjukkan bahwa ketika belajar, anak tidak mau mencari data dan tidak tertantang untuk melakukan analisis terhadap permasalahan atau pelajaran yang dihadapi. Anak menginginkan sesuatu yang serba cepat dan langsung terlihat hasilnya. Ada pun proses untuk mencapai hasil akhir itu menjadi kurang atau bahkan tidak dipedulikan.
• Gagdet juga dapat menjadikan anak enggan menulis dan membaca. karena gadget dapat memudahkan untuk menulis dan membaca, ini dapat sangat memengaruhi keterampilan menulis anak. Bukan hanya itu, perangkat gadget pun tampak lebih menarik dan menggoda karena memiliki tampilan visual yang fantastis, karena dapat memperlihatkan sesuai dengan kenyataan. Akibatnya anak-anak menjadi malas membaca buku. Padahal, membaca buku tanpa visualisasi dapat membantu perkembangan imajinasi anak.
2. Secara sosial :
• Anak cenderung berkurang dalam komunikasi secara verbal, cenderung bersikap egosentris dan individualis, anak tampak begitu lekat dengan smartphone-nya. Ia baru merasa aman dan eksis bila selalu terhubung dengan orang lain. Kalau tidak, ia khawatir dirinya dikucilkan, sehingga anak selalu membawa kemanapun smartphone-nya. Ia lebih mementingkan berkomunikasi dengan orang-orang “nun jauh” di sana ketimbang dengan orang-orang di sekelilingnya.
• Anak menjadi tidak peduli dengan lingkungan sekitar serta tidak memahami etika bersosialisasi. Anak tidak tahu, bila ada banyak orang menginginkan sesuatu yang sama, maka wajib antre agar tertib. Ini terjadi karena anak tidak memahami adanya sebuah proses. Apa yang diinginkan harus segera ada dan terwujud, karena terbiasa mendapat pemahaman melalui games atau tontonan.
• Anak menjadi kurang sensitif terhadap orang lain karena setiap hari anak-anak tersebut hanya berhubungan dengan benda mati.
• Anak-anak pun kurang bisa mengekspresikan dirinya karena dia jarang melakukan interaksi sosial dengan anak-anak lainnya.
3. Gadget dan perkembangan otak anak :
Menurut referensi penelitian, memberi anak BlackBerry pada usia di bawah 20 tahun akan merusak bagian otak PFC (preFrontalCortecs) karena saat ini, smartphone seperti BlackBerry memang sudah menjadi “mainan” anak-anak SD. Otak depan pada anak sebetulnya belum berkembang baik. Bagian otak depan ini akan matang pada usia 25 tahun. Otak depan merupakan pusat yang memerintahkan tubuh untuk melakukan sesuatu. Sementara reseptornya yang mendukung otak depan adalah otak belakang, yang menghasilkan dopamin, yaitu hormon yang menghasilkan perasaan nyaman atau rileks pada seseorang.
Sistem saraf pusat masih tumbuh, harus mendapat rangsangan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dirinya dari kehidupan sehari-hari, namun jika sejak masih sangat muda, ketika bersentuhan dengan teknologi modern, otomatis sistem rangsangan di sistem saraf pusat mendapatkan stimulus yang berbeda dari kehidupan nyata, mereka baru belajar mengenali mana yang nyata dan mana imajinasi. Karena terbiasa mendapatkan stimulasi melalui layar tablet atau telepon pintar, ketika “keluar” dari gadget tersebut, hidup nyatanya terasa sangat lamban dan membosankan, tidak seperti dunia maya. Semua terasa seperti slow motion dan tidak sensasional buat anak.
Teknologi yang memudahkan dan mendekatkan itu membuat anak menjadi tidak tangguh ketika harus berhadapan dengan realita. Memori otot (muscle memory) jadi enggak lentur, tidak secanggih orang yang biasa hidup di alam. Itu akan mempengaruh banyak keterampilan lain. Memori otot adalah jenis lain ingatan manusia yang ada di jaringan otot, dibentuk oleh myelin. Semakin intens seseorang terlibat dalam tindakan dan latihan, kandungan myelin semakin tebal, dan semakin baik dia melakukan tindakan tersebut.
4. Terhadap kesehatan anak :
• Perubahan pola makan dan istirahat. Perubahan pola istirahat dan pola makan sudah jamak terjadi pada gamers karena menurunnya kontrol diri. Waktu makan menjadi tidak teratur dan mereka sering tidur pagi demi mendapat happy hour (internet murah pada malam-pagi hari), anak menjadi lupa makan dan minum
• Menurunkan metabolisme. Duduk tanpa aktifitas fisik terlalu lama membuat otot tidak melakukan aktifitas yang berakibat menurunnya metabolisme. Dalam jangka panjang dampaknya diantaranya menurunnya massa otot, kegemukan, menurunnya sistem kekebalan tubuh sehingga lebih mudah terserang penyakit Ambeien. Duduk dalam jangka waktu lama dapat menganggu sirkulasi darah dan menekan pembuluh darah vena disekitar anus, menimbulkan penonjolan pembuluh darah yang terasa panas dan sakit yang disebut ambeien atau wasir Carpal tunnel syndrome adalah penyakit yang disebabkan karena tekanan dan ketegangan pada saraf di pergelangan tangan yang berfungsi merasakan dan pergerakan untuk bagian tangan dan jari. Tekanan dan ketegangan ini dapat menyebabkan mati rasa, kesemutan, kelemahan, atau kerusakan otot pada tangan dan jari
• Gadget dan alat elektronik memiliki cara kerja yaitu memancarkan sinar biru dalam jangka panjang pada retina mata. Mata anak yang masih sangat sensitive bisa jadi terluka yang dapat menyebabkan gangguan mata yaitu cepat menurunnya daya penglihatan anak. Menurut penelitian, akibat perkembangan teknologi, diperkirakan anak-anak yang memakai kacamata akan mengalami kenaikan 20 persen setiap tahunnya. Mata anak-anak yang masih berkembang sampai sekitar usia 15-16 tahun, bila terus menerus dipakai (berkontraksi) tanpa mengenal lelah atau beristirahat (seperti menonton televisi atau ’memelototi’ gadget), dapat memberi pengaruh sebagai berikut: Otot-otot mata menjadi cepat lelah, dan membuat penglihatan menjadi buram. Otot mata anak yang dipakai untuk bermain dikondisikan dalam kondisi konstraksi secara terus menerus dan bola mata menjadi lebih lentur/memanjang yang menyebabkan anak rentan menderita rabun jauh (miopia). Frekuensi berkedip akan berkurang, sehingga mereka akan sering mengeluh matanya perih/nyeri, atau mengalami mata kering.
5. Terhadap perkembangan dan kejiwaan :
• Fasilitas-fasilitas ini, di satu sisi menyimpan potensi menyebarkan aneka informasi yang belum layak diakses oleh anak. Misalnya saja, anak mencari situs-situs dewasa lewat Google atau Yahoo!. Bila sejak dini anak sudah terpapar oleh pornografi, rekamannya akan sulit dihapus dari ingatan dan pikiran untuk jangka waktu yang lama. Atau setiap hari sibuk berjejaring sosial yang membuatnya lupa keluarga dan lupa belajar. Belum lagi di jejaring sosial ini sudah banyak terdengar anak-anak menjadi korban pelecehan orang dewasa, baik secara emosional maupun fisik (anak dibawa kabur oleh kenalannya di dunia maya).
• Menghambat ketrampilan motorik dan halus anak (untuk anak 0-12 tahun). Isi dari games di gadget ataupun TV yang sering menayangkan adegan yang penuh kekerasan. Tanpa disadari tayangan adegan kekerasan di TV dan game dapat memberikan dampak negatif bagi perkembangan jiwa anak. Anak-anak yang selalu melihat tontonan adegan kekerasan dan melakukan permainan dengan adegan kekerasan akan terpicu untuk melakukan perilaku yang agresif. Yang lebih berbahaya lagi, anak-anak bisa meniru berbagai adegan kekerasan yang ada di televisi dan game, dan segala persoalan dapat diselesaikan dengan cara kekerasan.
• Anak yang kecanduan gadget akan menjadi murung atau uring-uringan ketika fasilitas tersebut dijauhkan darinya. Fungsi pikirnya terganggu, begitupun dengan fungsi emosi dan sosialnya.
• Secara psikologis, ada beberapa gangguan yang terkait dengan penggunaan gadget, yang termasuk dalam gangguan perilaku. Beberapa gangguan itu misalnya : Dependensi dan obsesi kompulsif, ketergantungan yang berlebihan dengan gadget-nya; perasaan panik yang luar biasa ketika tidak membawa gadget atau hilang; voyeurism atau kecenderungan “mengintip” orang melalui aktivitasnya di media sosial; paranoia atau ketakutan yang berlebihan karena merasa dikuntit orang, walaupun di dunia maya; juga gangguan narsistik yang berlebihan.
• Menimbulkan adiksi (Kecanduan) yang kuat. Sebagian besar game yang beredar saat ini memang didesain supaya menimbulkan kecanduan para pemainnya. semakin seseorang kecanduan pada suatu game maka pembuat game semakin diuntungkan karena peningkatan pembelian gold/tool/karakter dan sejenisnya semakin meningkat.
• Mendorong melakukan hal-hal negatif. Walaupun jumlahnya tidak banyak tetapi cukup sering kita menemukan kasus pemain game online yang berusaha mencuri ID pemain lain dengan berbagai cara. Kemudian mengambil uang didalamnya atau melucuti perlengkapannya yang mahal-mahal. Kegiatan mencuri ID ini biasanya juga berlanjut pada pencurian akun lain seperti facebook, email dengan menggunakan keylogger, software cracking dll.Bentuk pencurian ini tidak hanya terbatas pada pencurian id dan password tetapi juga bisa menimbulkan pencurian uang – meskipun biasanya tidak banyak (dari uang SPP misalnya) dan pencurian waktu, misalnya membolos sekolah demi bermain game.
• Berbicara kasar dan kotor. Para pemain game online sering mengucapkan kata-kata kotor dan kasar saat bermain di warnet atau game center.
• Terbengkalainya kegiatan di dunia nyata. Keterikatan pada waktu penyelesaian tugas di game dan rasa asik memainkannya seringkali membuat berbagai kegiatan terbengkalai. Waktu beribadah, tugas sekolah, tugas kuliah ataupun perkerjaan menjadi terbengkalai karena bermain game atau memikirkannya.
• Pemborosan. Uang untuk membayar sewa komputer di warnet dan membeli gold/poin/karakter kadangkala nilainya bisa mencapai jutaan rupiah. Belum lagi koneksi internet, dan upgrade spesifikasi komputer dirumah.
Tanda-tanda anak usia dini kecanduan gadget: (1) Kehilangan keinginan untuk beraktivitas; (2) Berbicara tentang teknologi secara terus menerus; (3) Cenderung sering membantah suatu perintah jika itu menghalangi dirinya mengakses gadget; (4) Sensitif atau gampang tersinggung, menyebabkan mood yang mudah berubah; (5) Egois, sulit berbagi waktu dalam penggunaan gadget dengan orang lain; (6) Sering berbohong karena sudah tidak bisa lepas dengan gadgetnya, dengan kata lain anak akan mencari cara apapun agar tetap bisa menggunakan gadgetnya walaupun hingga mengganggu waktu tidurnya.
"Para pecandu gadget sering kali hanya mengembangkan bagian otak kirinya sementara otak kanan tidak berkembang. Padahal otak kanan berhubungan dengan daya ingat dan perhatian. 15 % kasus otak yang gagal berkembang diyakini sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya demensia usia dini."
Ketika seorang anak usia dini sudah kecanduan dalam penggunaan gadget, tentunya akan banyak yang terganggu segi perkembangan psikologisnya dari berbagai aspek. Mulai dari perkembangan fisik-motorik, yang seharusnya anak menjadi pribadi yang aktif serta kreatif namun karena lebih asyik bermain dengan gadgetnya perkembangan tersebut menjadi terhambat, karena membuat anak menjadi malas dan lambat bergerak. Dari segi perkembangan kognitif, anak menjadi kurang peka terhadap lingkungan karena sibuk dengan teman matinya, yaitu gadget. Selanjutnya perkembangan yang paling terhambat karena hadirnya gadget adalah perkembangan sosio-emosional, anak cenderung memilih diam di rumah atau bahkan di tempat tidurnya sambil bermain dengan gadgetnya. Padahal seharusnya anak usia dini bermain di luar rumah bersama teman sebayanya untuk menemukan sesuatu yang membuat ia bertanya serta mencari tahu sendiri tentang apa yang sudah ia temukan dan mengenal lingkungan sekitarnya untuk dapat mengeksplor kemampuan yang dimilikinya. Terakhir, gadget juga dapat menghambat kemampuan berbahasa seorang anak, karena jarang melakukan interaksi dengan anak-anak lain atau lebih sering menghabiskan waktu bersama benda mati (gadget) anak menjadi tidak terbiasa dalam berbicara dengan orang di sekelilingnya.
Anak usia dini yang sering menggunakan gadget akan lebih cepat puas dalam memperoleh pengetahuan yang telah ia peroleh (dengan kata lain, internet adalah sumber pengetahuan teraktual dan terlengkap), menjadikan anak tidak biasa dengan hal yang rumit yaitu anak usia dini akan menjadi generasi yang berpikir instan, penurunan konsentrasi dalam belajar atau melakukan sesuatu, malas menulis dan membaca buku, kelemahan dalam berinteraksi secara internal maupun eksternal. Maka, dengan hadirnya beragam aplikasi gadget yang merusak karakter anak usia dini dalam segi perkembangan mental dan cara berinteraksi dengan lingkungannya menyebabkan ketidaksetimbangan dalam proses perkembangan psikologisnya.

BAB III
KESIMPULAN

Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi memang sangat diperlukan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasiinovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun manusia tidak bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Untuk mencegah atau mengurangi dampak negative dari kemajuan perkembangan teknologi pada anak orang tua agar selalu damping anak agar terhindar dari dampak negatif dan mendapatkan dampak positif dari dampak teknologi untuk anak usia dini khususnya.
Gadget, barang dengan bentuk yang tipis namun manfaat yang besar dapat mengubah kehidupan, bahkan tidak "tanggung" dalam mengubahnya. Hampir semua aspek dalam hidup ini bisa berubah dengan arus teknologi yang semakin canggih. Anak usia dini adalah asset negara dalam target bentuk generasi yang lebih baik untuk di masa depan nantinya. Sangat disayangkan jika asset negara tidak dapat dikembangkan dengan baik, mulai dari segi potensi, karakter budaya, cara bersosialisasi, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

dianidha.wordpress.com/2012/06/17/pengaruh-perkembangan-teknologi-bagi-anak-usia-dini/ (Pada 19 April 2014)
jurnalilmiahtp.blogspot.com/2013/11/menelisik-pengaruh-penggunaan-aplikasi.html (Pada 19 April 2014)
pakarparenting.com/seputar-gadget/ (Pada 19 April 2014)
andari21permatasari.blogspot.com/2013/05/dampak-gadget-pada-perkembangan-anak.html (Pada 19 April 2014)
 

Design By:
Liana