Sunday, June 29, 2014

 
POLA PENDIDIKAN DALAM KELUARGA MELALUI TELEVISI UNTUK ANAK USIA DINI

Dianjurkan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah IPS Untuk Anak Usia Dini
Semester Genap
Tahun 2013 - 2014







Oleh :
Nama : Liana Oktaria
NIM : 063151111004




PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Salawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini memuat tentang pola pendidikan dalam keluarga melalui televisi, yang dimana pada saat ini televisi banyak sekali b erperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ada banyak sekali orang tua yang memeberikan media televisi sebagai pengganti mainan anak di luar rumah tanpa memepertimbangkan dampak-dampak negatifnya untuk anak.
Maka dari itu penulis membuat makalah yang berjudul “POLA PENDIDIKAN DALAM KELUARGA MELALUI MEDIA TELEVISI UNTUK ANAK USIA DINI” sebagai salah satu tugas mata kuliah IPS Untuk Anak Usia Dini pada semester genap ini. Penulis menyadari betul bahwa baik isi maupun penyajian makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai penyempurnaan makalah ini, sehingga dikemudian hari makalah ini dapat bermanfaat bagi semua mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Sukabumi.
Seiring dengan itu, penulis mengucapkan Terima Kasih kepada yang terhormat Dosen Pengampu yang telah memberikan materi dalam mata kuliah ini, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kesehatan serta rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.


Sukabumi,   Juni 2014


    Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1  Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2  Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.1 Tujuan Penulisan..........................................................................................................3
1.2 Prosedur Pemecahan masalah.......................................................................................3
1.3 Sistematika Penulisan...................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................4
A. Pengertian Televisi.......................................................................................................4
B. Pengertian orang tua.....................................................................................................7
C. Peranan Orang Tua.......................................................................................................8
D. Dampak Televisi Terhadap Anak.................................................................................8
E. Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi....................13

BAB III KESIMPULAN....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Abad ke-21, saat di mana kita hidup sekarang, merupakan masa di mana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengalami perkembangan yang sangat pesat Televisi merupakan media massa elektronik yang mampu menyebarkan berita secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya, dan membuat pemirsannya ‘ketagihan’ untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. bahkan bagi anak-anak sekalipun sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas kesehariannya, bahkan acara “nonton tv” sudah menjadi agenda wajib bagi mereka.

Dengan berbagai acara yang ditayangkan mulai dari infotainment, entertainment, iklan, sampai pada sinetron-sinetron dan film-film yang berbau kekerasan, televisi telah mampu membius para pemirsanya (anak-anak, remaja dan orang tua) untuk terus menyaksikan acara demi acara yang dikemas sedemikian rupa, dan di bubuhi dengan assesories-assesories yang menarik, sehingga membuat pemirsanya terkagum-kagum dengan acara yang disajikan. Tidak jarang sekarang ini banyak anak-anak lebih suka berlama-lama didepan televisi dari pada belajar, bahkan hampir-hampir lupa akan waktu makannya. Ini merupakan suatu problematika yang terjadi dilingkungan kita sekarang ini, dan perlu perhatian khusus bagi setiap orang tua untuk selalu mengawasi aktivitas anaknya.

Tidak dipungkiri, dengan adanya media massa televisi ini, banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil. Dimana kita akan dengan cepat memperoleh informasi-informasi terbaru yang terjadi dimana pun dan belahan dunia manapun. Dengan adanya televisi akan mempermudah suatu perusahaan atau badan usaha untuk mempromosikan produk-produknya, sehingga konsumen mengetahui dan dapat dengan mudah mencari produk tersebut, serta masih banyak lagi keuntungan-keuntungan yang dapat kita peroleh dengan adanya media televisi.

Jika kita kaji lebih jauh sebenarnya media massa televisi mempunyai fungsi utama yang selalu harus diperhatikan yaitu fungsi informatif, edukatif, rekreatif dan sebagai sarana mensosialisasikan nilai-nilai atau pemahaman-pemahaman baik yang lama maupun yang baru. Namun jika kita lihat kenyataannya sekarang ini, acara-acara televisi lebih kepada fungsi informatif dan rekreatif saja, sedangkan fungsi edukatif yang merupakan fungsi yang sangat penting untuk disampaikan, sangat sedikit sekali. Hal ini bisa kita lihat dari susunan acara-acara televisi, kebanyakan hanya acara-acara sinetron dan infotainment saja. Sedangkan acara-acara yang mengarah kepada edukatif atau pendidikan sangat kecil sekali frekuensinya.

Dwyer menyimpulkan, sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran masuknya pesan – pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. TV mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar dilayar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di TV setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian. Dengan demikian terutama bagi anak-anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tesebut akan mengikuti acara televisi yang ia tonton. Apabila yang ia tonton merupakan acara yang lebih kepada eduatif, maka akan bisa memberikan dampak positif tetapi jika yang ia tonton lebih kepada hal yang tidak memiliki arti bahkan yang mengandung unsur-unsur negatif atau penyimpangan bahkan sampai kepada kekerasan, maka hal ini akan memberikan dampak yang negatif pula terhadap prilaku anak yang menonton acara televisi tersebut. Oleh sebab itu, sudah seharusnya setiap orang tua mengawasi acara televisi yang menjadi tontonan anaknya dan sehingga dapat melakukan proteksi tehadap dampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh acara televisi tesebut.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis membatasi pokok bahasan dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Pengertian Televisi
2. Pengertian orang tua
3. Peranan Orang Tua
4. Dampak Televisi Terhadap Anak
5. Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah menjawab dan memecahkan masalah :
1. Untuk mendeskripsikan Pengertian Televisi
2. Untuk mendeskripsikan Pengertian orang tua
3. Untuk mendeskripsikan Peranan Orang Tua
4. Untuk mendeskripsikan Dampak Televisi Terhadap Anak
5. Untuk mendeskripsikan Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi

1.4 Prosedur Pemecahan Masalah
Pada prosedur pemecahan masalah digunakan tekhnik pengumpulan data study kepustakaan dan analisis observasi yang merupakan pengkajian literatur yang digunakan untuk memecahkan permasalahan. Maka dalam tekhnik pengumpulan data ini dibutuhkan penguasaan teori, prinsip, konsep dan hukum-hukum yang berhubungan dengan kajian diatas.

1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini dibuat dengan sistematika sebagai berikut :
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Bab I Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan Penulisan
4. Prosedur Pemecahan Masalah
5. Sistematika Penulisan
4. Bab II Pembahasan
5. Bab III Kesimpulan
6. Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Televisi
Televisi adalah alat penangkap siaran bergambar, yang berupa audio visual dan penyiaran videonya secara broadcasting. Istilah ini berasal dari bahasa yunani yaitu tele (jauh) dan vision (melihat), jadi secara harfiah berarti “melihat jauh”, karena pemirsa berada jauh dari studio tv. (Ilham Z, 2010:255)
Sedangkan menurut Adi Badjuri (2010:39) Televisi adalah media pandang sekaligus media pendengar (audio-visual), yang dimana orang tidak hanya memandang gambar yang ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mendengar atau mencerna narasi dari gambar tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa televisi merupakan salah satu media massa elektronik yang dapat menyiarkan siarannya dalam bentuk gambar atau video serta suara yang berfungsi memberikan informasi dan hiburan kepada khalayak luas.

1. Karakteristik Televisi
Didalam buku Elvinaro (2007:137-139) terdapat tiga macam karakteristik televisi, yaitu:
 Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran lainnya, yakni dapat didengar sekaligus dilihat. Jadi apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Maka dari itu televisi disebut sebagai media massa elektronik audiovisual. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.
 Berpikir dalam gambar
Ada dua tahap yang dilakukan proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua, penggambaran (picturization) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.
 Pengoprasian lebih kompleks
Dibaningkan dengan radio siaran, pengoprasian televisi siaran jauh lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoprasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.

2. Kekuatan dan kelemahan televisi
Menurut skomis (1985) kekuatan televisi salah satunya adalah memberikan gambaran bila dibandingkan dengan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya), televisi tampaknya memberikan sifat yang istimewa. Ia merupakan gabungan dari media dengan dan gambar. Bisa bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan bahkan gabungan antara ketiga unsur tersebut.
• Ada 4 kekuatan televisi, yaitu: (Syahputra, 2006:70)
1) Menguasai jarak dan waktu, karena teknologi televisi menggunakan elektromagnetik, kabel-kabel dan fiber yang dipancarkan transmisi melalui satelit.
2) Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar, nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan cukup cepat.
3) Daya rangsang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif).
4) Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis.

• Sedangkan kelemahan televisi, yaitu: (Syahputra, 2006:70)
1) media televisi terikat waktu tontonan.
2) Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan vulgar.
3) Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa. Bersifat “transitory”, karena sifat ini membuat isi pesannya tidak dapat dimemori oleh pemirsanya. Lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk kliping.

3. Program Acara Televisi
Secara teknis program televisi diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya (Soenarto, 2007:1).
Sedangkan menurut Naratama dalam buku “Sutradara Televisi: Dengan Angle Dan Multi Camera” (2004:63), mengatakan bahwa program televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut.
Maka dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa program televisi sangat berpengaruh pada keberhasilan sebuah acara televisi yang akan diproduksi. Program acara televisi juga menentukan siapa target yang akan menonton acara televisi tersebut dan bagaimana cara menyajikannya agar dapat diterima dan dinikmati oleh penonton yang menjadi target acara tersebut.

4. Jenis Program Televisi
Menurut morissan (2008:207) program televisi dibagi menjadi dua, yaitu:
• Program Informasi
Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya menambah pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Dalam hal ini program informasi terbagi menjadi dua bagian yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).
- Berita keras (Hard news)
Sebuah berita yang sajiannya berisi tentang segala informasi penting dan menarik yang harus disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui khalayak.
- Berita lunak (Soft news)
Sebuah program berita yang menyajikan informasi penting dan menarik ysng disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita yang masuk kategori ini ditayangkan pada satu program tersendiri di luar program berita.

• Program Hiburan
Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang dibertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk music, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk dalam kategori ini adalah drama, music, dan permainan (game).
- Infotainment
Kata “infotainment” merupakan singkatan dari information dan entertainment yang berarti suatu kombinasi sajian siaran informasi dan hiburan atau sajian informasi yang bersifat menghibur (Morissan, 2005:284).
Infotainment merupakan berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (celebrity), dan karena sebagian besar dari mereka bekerja pada industri hiburan seperti pemain film/sinetron, penyanyi, dan sebagainya, maka berita mengenai mereka disebut juga dengan infotainment (Morissan, 2008:27).
Didalam buku Iswandi Syahputra yang berjudul Jurnalistik Infotainment (2006:153) menerangkan bahwa infotainment menjadi semacam lembaga yang siap menampung siapa saja yang ingin menyodorkan tontonan publik.
Infotainment berhak meggunakan kata-kata publik karena infotainment sudah menjalankan misinya sebagai media massa yang berpihak dan mengabdi untuk kepentingan publik (Syahputra, 2006:122).
Namun tanpa sadar, infotainment telah mengembangkan “sebuah jurnalisme yang membenarkan mengatasnamakan publik, tetapi publik tak memainkan peran apapun selain sebagai audiens”. (Syahputra, 2006:154)

B. Pengertian Orang Tua
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Dengan demikian pengertian keluarga sendiri adalah:
1. Vembriarto (1993: 33) mengatakan bahwa keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi.
2. Pujo Suwarno (1994: 11), keluarga adalah suatu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis, seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tidak sendirian atau dengan anak-anak baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
3. Tirtaraharja (1995: 50) keluarga diartikan sebagai kelompok primer yang terdiri atas sejumlah orang, karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (nuclear family) yang terdiri ayah, ibu dan anak-anak.
Dari beberapa pedapat di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah suatu persekutuan hidup yang diikat oleh perkawinan, hubungan darah atau adopsi. Didalamnya terdapat ayah, ibu dan beberapa anak (keluarga inti) serta kakek-nenek atau yang lain (keluarga diperbesar).

C. Peranan Orang Tua
Menurut Gunarsa ( 1995 : 31 – 38) dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu, secara umum peran kedua individu tersebut adalah :
 Peran ibu adalah :
a) memenuhi kebutuhan biologis dan fisik
b) merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten
c) mendidik, mengatur dan mengendalikan anak
d) menjadi contoh dan teladan bagi anak
 Peran ayah adalah :
a) ayah sebagai pencari nafkah
b) ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa aman
c) ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak
d) ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga.
Dari penjabaran mengenai peranan orang tua diatas, dapat disimpulkan betapa besarnya peranan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anaknya, mendidik, mengendalikan anaknya serta menjadi teladan bagi anaknya. Orang tua memiliki tanggung jawab penuh terhadap perkembangan anaknya dan segala aktivitas anaknya serta harus bisa membimbing, mengawasi dan mengarahkan untuk melakukan kebaikan sesuai dengan kepercayaan (agama) yang dianutnya dan norma yang berlaku dimasyarakat.

D. Dampak Televisi Terhadap Anak
Televisi merupakan media massa elektronik yang sangat digemari hampir disegala jenjang usia, baik oleh anak-anak remaja maupun orang dewasa sekalipun. Menonton acara televisi sebenarnya sangat baik bagi anak-anak, remaja dan orang dewasa, dengan catatan apabila menonton televisi tersebut tidak berlebihan, acara yang ditonton sesuai dengan usia, dan bagi anak-anak adanya kontrol/pengawasan dari orang tua. Namun kenyataan yang terjadi, banyak dari anak-anak menonton acara yang seharusnya belum pantas untuk ia saksikan serta kebiasaan menonton televisi telah menjadi kebiasaan yang berlebihan tampa diikuti dengan sikap yang kreatif, bahkan bisa menyebabkan anak bersikap pasif.
Bagi anak-anak, kebiasaan menonton televisi bisa mengakibatkan menurunnya minat baca anak-anak terhadap buku, serta masih banyak lagi dampak negatif lainnya jika dibandingkan dampak positifnya yang hanya sedikit sekali. Anak-anak cenderung lebih senang berlama-lama didepan televisi dibandingan harus belajar, atau membaca buku.
Jika kita melihat acara-acara yang disajika oleh stasiun televisi, banyak acara yang disajikan tidak mendidik malahan bisa dakatakan berbahaya bagi anak-anak untuk di tonton. Kebanyakan dari acara televisi memutar acara yang berbau kekerasan, adegan pacaran yang mestinya belum pantas untuk mereka tonton, tidak hormat terhadap orang tua, gaya hidup yang hura-hura (mementingkan duniawi saja) dan masih banyak lagi deretan dampak negatif yang akan menggrogoti anak-anak yang masih belum mengerti dan mengetahui apa-apa. Mereka hanya tahu bahwa acara televisi itu bagus, mereka merasa senang dan terhibur serta merasa penasaran untuk terus mengikuti acara demi acara selanjutnya. Sudah sepatutnya orang tua menyadari hal ini, mengingat betapa besarnya akibat dari menonton televisi yang berlebihan.
Dibawah ini dicantumkan data mengenai fakta tentang pertelevisian Indonesia :
• tahun 2002 jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 – 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000jam/tahun.
• 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung adegan kekerasa, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka.
• saat ini ada 800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang selama 170jam/minggu padahal satu minggu hanya ada 24 jam X 7 hari = 168 jam.
• 40 % waktu tayang diisi iklan yang jumblahnya 1.200 iklan/minggu, jauh diatas rata-rata dunia 561 iklan/minggu.
Berdasarkan perjabaran diatas, bisa dibayangkan apabila anak-anak yang merupak aset-aset bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini serta yang akan memajukan bangsa ini, sejak kecil telah terbiasa dengan hal yang tidak bermanfaat, maka negara ini yang sudah tertinggal dan terpuruk ini akan semakin terpuruk dan tertinggal dan akhirnya akan menjadi negara yang akan di lecehkan oleh negara lain. Inilah fakta yang bukan hanya untuk kita perhatikan tetapi perlu dilakukan tindakan nyata untuk mengantisipasinya. Yang pastinya diperlukan satu-kesatuan tekat dalam setiap diri orang tua dan anggota masyarakat untuk bisa mengatisipasi dampak yang akan terjadi serta bisa menjadi kontrol bagi pihak penyiar televisi terhadap acara-acara yang ditayangkan oleh setiap stasiun televisi.
Jika kita kaji lebih jauh, dampak negatif dari menonton televisi berlebihan yaitu:
• Anak 0–4 tahun, menggangu pertumbuhan otak, menghambat pertumbuhan berbicara, kemampuan herbal membaca maupun maupun memahaminya, menghambat anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan.
• Anak 5-10 tahun, meningkatkan agresivitas dan tindak kekerasan, tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan
• Berprilaku konsumtif karena rayuan iklan
• Mengurangi kreatifitas, kurang bermain dan bersosialisasi, menjadi manusia individualis dan semdiri
• Televisi menjadi pelarian dari setiap keborosan yang dialami, seolah tidak ada pilihan lain
• Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan) kaena kurang berkreativitas dan berolahraga
• Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga, waktu berkumpul dan bercengkrama dengan anggota keluarga tergantikan dengan nonton TV, yang cendrung berdiam diri karena asik dengan jalan pikiran masing-masing
• Matang secara seksual lebih cepat asupan gizi yang bagus adegan seks yang sering dilihat menjadikan anak lebih cepat matang secara seksual, ditamah rasa ingin tahu pada anak dan keinginan untuk mencoba adegan di TV semain menjerumskan anak.
Mungkin kita beranggapan dampak televisi tidaklah begitu teralu besar bagi anak-anak, malahan orang tua hanya melarang anak-anaknya untuk tidak menonton film yang berbau pornoaksi, dan membiarkan mereka menonton film yang biasa-biasa saja atau memang film anak-anak, namun sebenarnya film anak-anak yang di tonton oleh anak-anak pun tidak menutup kemungkinan bisa berdampak negatif bagi anak itu sendiri. Sekarang seteleh mengetahui begitu besar dampak televisi bagi anak sudah sepatutunya setiap orang tua membatasi waktu menonton dan mengawasi serta menseleksi acara-acara apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk di tonton oleh anak-anak.

Bahkan untuk anak usia dini menonton televisi sering hanya dijadikan sebuah cara hiburan untuk mengalihkan kegemarannya bermain diluar rumah. Sajian yang ditayangkan bagi meka seperti kebanyakan kartun yang sering diputar berulang kali seperti sepongebob, upin&ipin, tom&jerry. Dll. Banyak berdampak pusitif dan negatifnya, dilihat dari karakter anak usia dini yang selalu meniru itu menjadi ajang yang perlu diwaspadai, mengenal itu disajikan berulang kali tanpa mereka sadari itu memepengaruhi perkembangannya.
Selain film-film kartun yang disajikan memang peruntuk anak-anak juga pembiasaan anak bersama orang tua dalam setiap harinya tidak dapat menutup kemungkinan bahwa mereka juga menikmati siaran sinetron yang dimana kita ketahui sinetron-sinetron pada saat ini hanya menceritakan tentang cinta, pacaran, dan gaya hidup yang sudah mulai kacau balau engan pengaruh gaya tidak jelas asalnya.
Banyak anak-anak usia dini yang tidak nurut pada orang tuanya dikarenakan mereka terlalu asyik saat menonton televisi dlihat dari penayangannya yang dimulai sejak subuh atau pas saat anak membuka matanya, gaya bahasa yang sudah mulai simpang siur dengan gaya alaynya, bhakan kebiasaan kebiasaan bodoh yang di perankan pelaku hiburannya.
Namun ada beberapa dampak positifnya juga, selain bagi anak usia dini televisi sebagai media mereka beristirahat pada rutinitasnya banyak beberapa acara televisi yang menyajikan beberapa tayangan anak yang membawa dampak positif dengan mengajarkan banyak hal-hal yang mudah namun menjadkan ebuah pembiasaan seperti yang berada pada film karrtun upin&ipin banyak pembiasaan yang bisa dijadikan media edukatif anak dalam belajar pembiasaannya, namun pembiasaan pada dasarnya perlu lebih banyak lagi pembiasaan yang ditarpkan dan bimbingan orang tua seperti selalu mengucapkan salam saat masuk dan keluar rumah, dan berdoa sebelum makan dan melakukan aktifitas.
Mengenal film upin&ipin itu berasal dari negeri tetangga yaitu malaysia yang dengan jelasnya mengenalkan pembendaharaan bahasa mereka, sebaiknya perlu juga banyak bimbingan orang tua saat anak dibiasan untuk menonton televisi pada waktu siaran-siaran tertentunya.
Dr Hardiono menambahkan, bahaya televisi lainnya adalah efek sinar biru. Sinar biru adalah sinar dengan panjang gelombang cahaya 400-500 nm yang dapat berpotensi terbentuknya radikal bebas dan menimbulkan fotokimia ada retina mata anak. Lensa mata anak masih peka dan belum dapat menyaring bahaya sinar biru. Karena itulah risiko terbesar kerusakan akibat sinar biru terdapat pada usia dini.
"Jadi efek negatif dari televisi jadi ganda. Tidak hanya mengganggu kecerdasan anak, tetapi juga kesehatan matanya," ucap dr Hardiono.
Sigman menuturkan bahwa menonton TV, bermain video game, baik di laptop maupun pada smartphone itu sama bahayanya dengan anak-anak mengonsumsi junk food atau makanan siap saji. Untuk itu anak harus diberikan batasan yang jelas. Orang tua, kata Sigman, harus membatasi anak-anaknya menghabiskan waktu di depan layar kaca. Jika tidak, anak-anak ini akan memiliki risiko gaya hidup tidak sehat yang terkait dengan diabetes dan penyakit jantung.
Sigman mengungkapkan anak-anak yang berusia di bawah tiga tahun sebaiknya hanya sedikit atau tidak ada waktu untuk menonton TV setiap hari, anak berusia 3-7 tahun seharusnya boleh menonton televisi tidak lebih dari 90 menit, sedangkan untuk remaja hingga usia 18 tahun sebaiknya hanya boleh menonton televisi maksimal 2 jam setiap hari.
“Anak-anak yang dibiasakan memiliki TV di kamar tidur cenderung tidak atau belum bisa membaca pada usia enam tahun,” ia menambahkan. Dijelaskan lagi, kondisi inilah yang menjadi salah satu alasan meningkatnya angka kemiskinan melek huruf di Inggris. Hal ini akan memiliki efek yang cukup berarti dalam hal perhatian anak.
Sementara itu Sue Palmer, ahli perkembangan anak mengatakan, anak-anak sebaiknya diperkenalkan secara bertahap agar nantinya tidak menjadi kecanduan. Kesibukan orang tua jangan menjadi alasan untuk tidak berinteraksi secara langsung dengan anak dan membiarkan mereka melihat televisi secara berlebihan. Orang tua harus mendampingi anak-anaknya saat menonton televisi, menonton video atau mungkin di saat berselancar di internet. Pengawasan sangat penting untuk menyaring informasi yang didapat oleh si anak, baik di televisi maupun di dunia maya.
Sejumlah pengaruh terlalu sering menonton televisi bagi anak-anak, di antaranya adalah memengaruhi perkembangan otak. Bagi balita di bawah tiga tahun, terlalu sering melihat televisi akan mengalami gangguan bicara, menghambat kemampuan membaca secara verbal maupun pemahaman, serta menghambat kemampuan berekspresi melalui tulisan. Pada usia 5-10 tahun, terlalu sering menonton televisi akan berefek pada peningkatan agresivitas serta kekerasan dan tidak mampu membedakan antara realita atau kenyataan dengan imajinasi atau khayalan.



E. Peranan Orang Tua Dalam Mengatasi Dampak Negatif Acara Televisi
Setiap orang tua memiliki tanggungjawab untuk selalu mengawasi anaknya dan memperhatikan perkembangannya, oeh sebab itu hal-hal yang sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai dampak positif atau negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang bersangkutan. Begitu juga mengenai hal televisi ini, yang sudah nyata dampak negatifnya, sudah sepatutnya setiap orang tua mempersiapkan senjata untuk mengantisipasinya.
Dari begitu banyak dampak yangdiakibatkan oleh tontonan televisi, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan oleh setiap orang tua, yaitu:
 Pilih acara yang sesuai dengan usia anak
Jangan biarkan anak-anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya, walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak (tidak ada unsur kekerasan, atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan usia mereka).
 Dampingi anak memonton TV
Tujuannya adalah agar acara televisi yang mereka tonton selalu terkontrol dan orangtua bisa memperhatikan apakah acara tersebut masih layak atau tidak untuk di tonton.
 Letakan TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV dikamar anak.
Dengan meyimpan TV diruang tengah, akan mempermudah orang tua dalam mengontrol tontonan anak-anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang tidak orang tua inginkan, karena kecendrungan rasa ingin tahu anak-anak sangat tinggi.
 Tanyakan acara favorit mereka dan buntu memahami pantas tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah menonton, ajak mereka menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana dan positif
 Ajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain.
 Acara yang bisa dilakukan misalnya hiking, tamasya, siraturahim tempat sanak keluarg dan hal lainnya yang bisa membangun jiwa sosialnya.
 Perbanyak membaca buku, letakkan buku ditempat yang mudah dijangkau anak, ajak anak ke toko dan perpustakaan
 Perbanyak mendengarkan radio, memutar kaset atau mendengarkan musik sebagai mengganti menonton TV
 Jangan jadikan TV sebagai peralihan saat orang tua tidak bisa mengawasi anak-anak.
Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena dengan mendenganrkan radio, anak akan terlatih kemampuan mendengarnya, jika kita bandingkan denga menonton televisi hanya merangsang anak untuk mengikuti alur cerita tampa menganalisis lebih lanjut dari apa yang dialihat dan dengar. Begitu juga dengan mendengarkan musik lebih baik dilakukan bila dibandingkan dengan menonton televisi karena bisa melatih perkembangan imajinasi anak.

BAB III
KESIMPULAN

Televisi merupakan media massa elektronik yang sangat digemari hampir disegala jenjang usia, baik oleh anak-anak remaja maupun orang dewasa sekalipun. Menonton acara televisi sebenarnya sangat baik bagi anak-anak, remaja dan orang dewasa, dengan catatan apabila menonton televisi tersebut tidak berlebihan, acara yang ditonton sesuai dengan usia, dan bagi anak-anak adanya kontrol/pengawasan dari orang tua.
Orang tua perlu lebih banyak mengawasi anak dalam kesehariannya terutama pada program acara televisi yang disuguhkan anak, mengenak anak usia dini adalah anak yang masih gemar meniru. Pemilihan acara dan program Tv yang baik dan lebih banyak positifnya tidak sukar tuk dilakukan karna pada dasarnya anak usia dini membutuhkan pendidikan disetiap pembiasaan yang ia terima terutama dimasa golden age nya.

DAFTAR PUSTAKA

http://xerma.blogspot.com/2013/08/pengertian-televisi-menurut-para-ahli.html?m=1 (Pada 07 Juni 2014)
http://www.ibudanbalita.com/diskusi/-Efek-Sinar-Biru-Televisi-Terhadap-Kecerdasan-Anak (Pada 09 Juni 2014)
http://majidbsz.wordpress.com/2008/06/11/pengaruh-televisi-terhadap-anak/ (Pada 07 Juni 2004)

No comments:

Post a Comment

 

Design By:
Liana